Wonogiri Photo Diary

Kumpulan foto ketika traveling ke Wonogiri.

Ketika Pelecehan Seksual Jamak Terjadi di Sekitar Kita

Angka kekerasan seksual yang dilaporkan bagaikan fenomena gunung es. Kasus-kasus yang dilaporkan merupakan puncaknya sedangkan dasarnya yang jauh lebih besar menggambarkan kasus-kasus yang tidak terlaporkan.

Menyusuri Keindahan Punthuk Sukmojoyo

Kabupaten Magelang memang memiliki banyak tempat wisata dengan pemandangan yang indah. Mungkin karena letaknya yang berada di dataran tinggi kali ya. Terlebih lagi Kabupaten Magelang dikelilingi oleh banyak gunung dan pegunungan yang membuat Magelang tampak lebih indah. Keindahan Kabupaten Magelang ini tidak hanya bisa dinikmati di satu tempat saja, melainkan dari banyak tempat yang bisa kita kunjungi suatu waktu.

Ternyata Masih Banyak Juga Dokter yang Tidak Mementingkan Tarif di Negeri Ini

Di zaman sekarang ini, yang namanya pengobatan untuk mencapai kesembuhan pasti mahal harganya. Apalagi dikota-kota besar, bisa lebih dari 50 ribu ketika kita berobat. Ternyata masih banyak juga dokter yang mau melayani masyarakat dengan ikhlas tanpa memungut biaya sepersenpun, bahkan untuk harga obat.

Hadiah Gratis itu benar adanya, Seriusan!!

Cerita mengenai dramatisme dapat hadiah gratis, dan akhirnya dapet beneran yeaayy

September 1, 2015

Wonogiri Photo Diary


Setiap liburan semester, yang paling ditunggu-tunggu adalah liburan. Dan liburan semester kali ini aku bersama dua temanku akan berlibur ke Wonogiri. Disana kami akan menginap dirumah seorang teman. 

Ini merupakan perjalanan tak wajarku karena selama hampir lima jam perjalanan dari Semarang-Wonogiri kami tempuh hanya menggunakan sepeda motor. Jadi bisa dibayangkan, gimana rasa pegal, lelah, dan ngantuk diatas motor.

Kunjungan ke Wonogiri ini merupakan yang pertama buatku. Liburan semester ini tepat di bulan Agustus dengan musim kemarau dimana sinar matahari sangat terik, jadi jangan heran ya jika difoto mata kami terlihat sipit. Dibawah ini kamu akan menemukan foto kami selama di Wonogiri. Foto-foto tersebut diambil menggunakan kamera ponsel jadi tak seapik hasil jepretan kamera digital ya guys. Enjoy!





Pertama kali kami menginjakkan kaki di bumi Wonogiri, kami langsung mengunjungi Waduk gajah Mungkur. Saat kami tiba sudah sekitar jam 5 sore. Disana banyak juga wisatawan yang turut serta menikmati pemandangan waduk di sore hari. Di taman luar waduk juga terdapat patung yang bernama patung bedol desa. Patung tersebut sebagai tanda bahwa pembangunan waduk mengambil beberapa kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Untuk informasi: selama pembangunan waduk ini ada beberapa kecamatan yang lokasinya digunakan untuk pembuatan waduk. Jadi masyarakatnya berbondong-bondong melakukan transmigrasi ke luar Jawa yang istilahnya bedol desa. Waduk ini sangat besar karena merupakan waduk terbesar se-Asia. Di sepanjang jalan luar waduk banyak terdapat tenda-tenda yang menjajakan hasil tangkapan waduk yaitu berupa berbagai macam ikan dan udang.



Hari berikutnya kami memulai perjalanan dengan menggunjungi Pura yang berada di Puncak namanya Pura Puncak Jagad Spiritual. Untuk memasuki Pura pengunjung harus menaiki anak tangga yang lumayan tinggi. Pura ini berada disekitar bukit kapur. Di daerah tersebut juga terdapat beberapa gua, tetapi kami tidak mengunjunginya.


Kami juga sempat mengunjungi Museum Kars Indonesia. Namun sayangnya museumnya tutup karena hari libur jadi kami sempatkan foto didepannya dengan kondisi matahari yang sangat terik.





Perjalanan antara tempat wisata yang satu dengan lainnya sangat jauh, jadi perjalanan dengan motor cukup melelahkan. Ketika kami melewati Taman Kota yang bernama Plinteng Semar, kami menyempatkan diri untuk mampir sambil istirahat sejenak supaya lelahnya hilang.



Tepat di tengah hari kami sudah berada di Kota Wonogiri. Karena perjalanannya cukup melelahkan dan kami sudah mulai lapar, maka kami putuskan untuk mencari tempat makan. Dan pilihan kami jatuh pada salah satu tempat makan yang menjual steak, tetapi tidak steak aja sih yang dijual, ada juga nasi goreng. Yang kami dapatkan dari tempat makan ini yaitu makanannya memiliki rasa yang enak-enak jadi sangat memuaskan. Dan yang mengejutkan lagi yaitu harganya jauh lebih murah daripada di Semarang!!


Setelah makan kami sempatkan untuk mampir ke rumah teman. Disana kami cukup lama mengobrol dengan kedua orangtua-nya hingga sore hari.







Pada sore harinya kami mengunjungi tempat yang sedanghits di Wonogiri yaitu Gantole. Gantole ini merupakan suatu bukit yang puncaknya terdapat tempat yang disediakan untuk melihat sunrise dan sunset. Jalanan menuju puncak sangat berkelok-kelok dan lumayan jauh karena tinggi. Tetapi selama perjalanan kami disuguhkan dengan pemandangan pohon-pohon hijau yang memanjakan mata. Gantole ini selain tempat untuk menyaksikan sunrise dan sunset, melainkan juga sebagai gardu pandang untuk melihat Waduk Gajah Mungkur. Dan benar sekali, waduk terlihat lebih indah jika dilihat dari ketinggian. Karena kami mengunjunginya di sore hari, maka kamipun tak melewatkan kesempatan untuk menyaksikan sunset yang fenomenal dari tempat ini. Kami benar-benar menyaksikan detik-detik sunset yang sangat menakjubkan dari tempat ini. Oya, Gantole ini juga ramai dikunjungi pengunjung ketika kami tiba.

Itulah pengalaman pertamaku ketika mengunjungi Wonogiri. Belum semua tempat wisata disana yang udah aku kunjungi. Jadi aku berharap bisa datang ke Wonogiri lagi supaya bisa mengeksplor semua wisata yang ada XD.

July 17, 2015

Ternyata Masih Banyak Juga Dokter yang Tidak Mementingkan Tarif di Negeri Ini



Di zaman sekarang ini, yang namanya pengobatan untuk mencapai kesembuhan pasti mahal harganya. Apalagi dikota-kota besar, bisa lebih dari 50 ribu ketika kita berobat. Ambil contoh saja di Semarang, ketika saya berobat ke salah satu klinik dekat kampus saya, Undip. Saya yang hanya sakit masuk angin biasa saja tarifnya bisa lebih dari 50rb. Setelah saya lihat notanya ternyata ada tarif jasa dokternya. ‘oh... ternyata,’ batin saya. Sebagai mahasiswa yang uang sakunya pas-pasan pasti merasa berat hati dengan harga yang setinggi langit tersebut. Tetapi saya berobat di klinik di Semarang hanyalah sekali saat itu saja. Selanjutnya jika sayasakit, saya lebih memilih berobat di Poliklinik Undip, karena ketika kita masih Maba (Mahasiswa Baru) berobat di Poliklinik Undip tidak dipungut biaya sepersenpun, dokternya dosen sendiri pula. Jadi, bagi mahasiswa baru yang uang sakunya selalu habis di pertengahan bulan, lebih baik berobat di Poliklinik kampus saja, supaya irit diongkos.
Semakin mahalnya harga obat dan semakin mahalnya tarif dokter, ternyata masih banyak juga dokter yang mau melayani masyarakat dengan ikhlas tanpa memungut biaya sepersenpun, bahkan untuk harga obat. Beberapa saat yang lalu saya pernah membaca suatu artikel di salah satu website, dan pernah juga melihat berita di televisi yang memberitakan tentang seorang dokter yang dermawan. Beliau tidak menerima uang dari masyarakat yang kurang beruntung yang berobat ditempat praktiknya. Beliau menganjurkan masyarakat yang berobat di tempatnya untuk membawa sampah saja. Ternyata dokter tersebut selain peduli dengan kesehatan masyarakat, beliau juga peduli terhadap lingkungan. Subhanallah.
Cerita lain yang pernah saya baca dari salah satu website juga berkisah tentang kebaikan seorang dokter. Jadi berita yang saya baca tersebut memberitakan tentang seorang dokter yang tidak memungut biaya sepersenpun bagi masyarakat kurang mampu. Beliau tak hanya menggratiskan bagi pasien yang datang ke tempat praktiknya, beliau juga menggratiskan bagi pasien yang datang ke Rumah Sakit tempat beliau bekerja, yang tak mampu membayar mahalnya tarif pengobatan di Rumah Sakit. Jadi, beliau membayarkan keseluruhan biaya pasiennya. Sungguh, semoga Allah mudahkan rizkinya.
Berita diatas merupakan beberapa berita yang telah saya baca dan saya saksikan di televisi. Semoga masih banyak dokter diluar sana yang bermurah hati terhadap pasiennya yang memerlukan pertolongan.
Tak perlu jauh-jauh dari berita di surat kabar elektronik, ternyata salah satu dokter di desa saya ada juga baik hatinya. Beliau tidak memungut tarif jasa dokter, beliau hanya memungut tarif obat saja, dan itupun harganya dimurahin. Satu hari yang lalu, ketika saya berobat di dokter tersebut, saya diberi tiga obat, dan saya hanya disuruh membayar 15ribu rupiah saja. Padahal, ketika saya lihat tulisan dibalik obat tersebut tertera tulisan harganya, ada yang seharga 9ribu-an. Mungkin ada juga pasien lain yang harganya lebih mahal lagi. Tetapi beliau hanya menarif 5ribu rupiah per satu obat saya. Dokter baik tersebut bernama Ibu Dokter Sri. Beliau berpraktik di kediamannya yang satu desa dengan saya di Desa Payaman, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang. Akan tetapi pasiennya tidak hanya berasal dari desanya saja, melainkan dari mana saja. Banyak juga pasiennya yang jauh-jauh datang ke Payaman hanya untuk berobat ke Bu Sri-panggilan akrabnya. Misalnya saja, ada pasien yang datang dari Muntilan, padahal Muntilan letaknya sangat jauh dari Payaman. Pasiennya juga terdiri dari berbagai golongan, ada yang petani, buruh, guru, polisi, tentara dan lainnya. Mereka sangat senang berobat di Bu Sri karena kebaikan hatinya.
Ibu Sri sekarang tidak muda lagi. Ketika saya datang berobat kepadanya, beliau terlihat letih, matanya terlihat merah-kehitaman. Jelas sekali beliau letih, sebab siang dan malam beliau bekerja tanpa pamrih melayani masyarakat. Selain beliau dinas di Rumah Sakit tempat ia bekerja, ia membuka praktik dirumahnya. Semangat beliau dalam melayani masyarakat masih tinggi. Bahkan dihari-hari yang sibuk pun beliau tetap menyempatkan membuka praktiknya. Seperti ketika Bulan Ramadan, ketika malam hari beliau tetap membuka praktinya selepas tarawih. Sungguh, seorang dokter yang murah hati sekali.
Saya merasakan kemurah-hatian Ibu Sri ketika saat ini, dahulu saya merasa biasa saja, ‘mungkin tarifnya memang sekian,’ pikir saya dahulu. Baru setelah saya merasakan betapa mahalnya berobat di Semarang, kemudian berobat di Bu Sri, saya merasakan betapa ikhlasnya beliau.
Semoga Allah kepada Bu Sri dan dokter-dokter lain yang baik hati diluar sana berikan panjang umur, sehat selalu, dilancarkan rizkinya, dan selalu dimudahkan hidupnya. Aamiin.
Semoga tulisan ini bisa menjadi koreksi bagi kita semua, bagi yang membaca artikel ini. Karena masih banyak masyarakat Indonesia yang keadaan ekonominya masih dibawah normal. Bagi masyarakat kurang mampu, untuk membayar tarif termurah dari BPJS yang sebesar 25ribu pun tidak mampu. Oleh karena itu, mereka memilih mendaftar BPJS ketika mereka sudah sakit. Maka dari itu jangan salahkan rakyat kecil yang sibuk mengurus BPJS ketika salah satu keluarga mereka sudah sakit. Itu merupakan keluh kesah dari salah satu masyarakat kepada saya.
Oleh sebab itu, untuk pemerintah, koreksilah kebijakan yang sudah ada, buatlah kebijakan yang mencakup semua masyarakat. Untuk rakyat Indonesia, mari kita kawal kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah. Supaya kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dapat tercapai. Masa’ kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah masih ada yang belum tercapai, seperti Indonesia Sehat 2010, MDGs 2015 (Millenium Development Goals), dan kebijakan-kebijakan kesehatan lainnya. Semoga dengan adanya kebijakan yang tepat, taraf kesehatan masyarakat Indonesia dapat meningkat. Aamiin.


Magelang, ketika tubuh berangsur-angsur sembuh setelah berobat ke Bu Sri, Malam Iedul Fitri, 1 Syawal 1436 H, 16 Juli 2015 M.

June 28, 2015

AWAS!! Bus yang Aku Tumpangi Terbakar

Sebagai mahasiswa yang tempat kuliahnya masih satu pulau setidaknya, pasti sering pulang kampung kalau ada kesempatan. Tetapi ada juga sih, yang rumahnya Sumatera maupun Sulawesi, kuliah di Jawa ikut pulang kampung walaupun libur cuma beberapa hari saja.  Begitupun aku. Rumahku yang hanya berjarak tempuh sekitar satu jam jika mengendarai motor atau sekitar dua jam jika mengendarai mobil dan sekitar dua setengah jam jika mengendarai bus umum kalau tidak macet, harusnya aku sering pulang. Namun kenyataannya tidak. Aku hanya pulang beberapa kali saja dalam satu semester. Ambil contoh saja selama semester satu aku hanya pulang sebanyak tiga kali, dan setiap kali pulang aku hanya sebentar dirumah. Semester satu memang semester yang sibuk bagi mahasiswa baru (maba), karena banyak kegiatan ospek. Dua dari tiga kali kesempatanku untuk pulang tersebut, dirumah aku hanya semalam saja yaitu hari sabtu dan minggu. Dan satu dari tiga kesempatan pulang tersebut,  waktu pulangnya lumayan lama yaitu sekitar empat hari karena ada libur Idul Adha. Dulu sih ceritanya nggak semudah itu, dulu waktu libur Idul Adha, seharusnya kami para maba ada kegiatan ospek, tetapi setelah adanya perundingan dengan kakak tingkat akhirnya diputuskan kegiatan ospeknya diundur sehingga kami bisa pulang. Yeee :D. Aku memang tidak seperti teman-temanku yang asalnya dari Magelang juga, mereka setiap minggunya pulang ke rumah, berasa tidak ngekost aja ya?

Dalam benakku dulu, ketika kita kuliah, kita tinggal ditempat rantau sampai liburan semester tiba, baru deh kita pulang kampung. Namun kenyataannya tidak demikian, banyak mahasiswa yang sering pulang diakhir pekan atau ketika ada hari libur . Apalagi kalau ada hari kejepit nasional, pulangnya bisa bertambah lama deh. Bukan rahasia lagi, baik itu mahasiswa maupun dosen, jika ada hari kejepit nasional pasti kuliahnya kosong, jadi banyak pula mahasiswa yang pulang kampung. Mungkin karena tempat kuliahnya deket kali ya?

Biarpun rumahku dekat, namun bukan berarti perjalanan berangkatku ke Semarang tidak mengalami kendala. Kalau aku ingin berangkat ke Semarang naik bus atau shuttle aku harus ke terminal, dan lokasi terminalnya jauh dari rumahku serta letaknya berlawanan dengan arah tujuanku, jadi kalau dibayangkan aku harus berjalan mundur dari lokasi rumahku menuju terminal. Aku bisa juga sih naik bus tanpa harus ke terminal dulu, karena bus nya lewat rumahku, tapi nunggunya itu lho yang lama sekali, kecuali kalau sedang beruntung, bus nya muncul ketika aku baru saja menunggu. Sampai-sampai Ibuku bilang, “tempat kuliahnya deket aja bingung kalau mau berangkat-pulang, apalagi kalau kuliahnya di Jakarta yaa,” celetuk ibuku. “hehe..” jawabku terkekeh. Jadi dulu aku daftar kuliahnya di Jakarta, tapi aku ditolak sama universitas disana. Kalau begitu, aku ditolak dari universitas di Jakarta, sebaiknya aku bersedih atau bersyukur ya? Hehe

Oya, aku kalau perjalanan pulang terutama berangkat seringnya sore-sore, pasalnya kalau belum sore, tubuh ini nggak mau bergerak dari tempatnya hihii

Banyak sekali cerita unik yang aku alami selama berada di perjalanan. Entah itu perjalanan berangkat atau pulang. Aku ceritain salah satunya yaa... Check it out!

Pernah suatu waktu ketika perjalanan pulangku dari Semarang sudah hampir maghrib. Aku naik bus ekonomi (karena kalau bus AC hanya ada sampai jam 3, selebihnya bus sudah tidak lewat lagi) duduk di bangku bagian belakang karena bagian depan sudah penuh. Aku duduk di sebelah kanan dimana bangkunya berjumlah tiga. Disebelahku sudah terduduk seorang Ibu dan putrinya yang usianya sekitar usia siswa kelas lima SD. Selama perjalanan kami mengobrol banyak hal. Termasuk cerita bagaimana mereka bisa naik bus ini, gara-garanya bus AC nya suah tidak lewat lagi. Ibu itu kurang nyaman naik bus yang kami tumpangi itu.

Tetapi yang lebih ditekankan kami mengobrol seputar harga kebutuhan pokok yang mulai serba mahal. Karena saat itu sedang gemparnya isu kenaikan harga BBM setelah terpilihnya kepala pemerintahan yang baru.

“Sekarang itu harga-harga bahan makanan pokok lagi pada naik mbak,” ujar Ibu disampingku.

“Oh iya to, kok aku baru tahu?” batinku dalam hati. Karena di Semarang aku jarang belanja jadinya aku tidak tahu menahu soal harga kebutuhan pokok.

“Apalagi harga beras mbak, sekarang harganya melambung tinggi. Kasihan masyarakat miskin to mbak kalau gitu, kalau mereka tidak punya uang kan mereka sama sekali tidak bisa membeli beras, terus mereka mau makan apa. Apa pemerintah itu tidak berfikir ya mbak, mengenai bagaimana nasib rakyat-rakyat kecil?” keluh Ibu yang sampai sekarang aku tidak tahu namanya kepadaku.

“Iya ya bu, kasihan rakyat kecil,” jawabku turut merasa prihatin dengan keadaan negara ini. 

Dan obrolan kamipun terus berlanjut selama beberapa menit kemudian.

Setelah kami tidak ada obrolan,  waktu perjalanan selanjutnya aku habiskan dengan tidur. Memang sudah menjadi kebiasaanku setiap perjalanan pulang selalu aku habiskan untuk tidur. Apalagi kalau aku sedang kecapekan banget dan orang sebelahku tidak mau diajak ngobrol. Tidur di bus sangat lumayan sekali, cukup membuat penyegaran otak ketika sudah sampai rumah. Meskipun setiap kali aku pulang kerumah aku langsung tidur sih, karena akumulasi ngantuk selama di Semarang dan karena pulangku sudah malam hehe. Aku sudah pernah dan cukup sering malah tidak mengetahui kondisi perjalanan gara-gara sepanjang perjalanan aku tidur dan ketika bangun sudah mau sampai rumah. Kalau sepanjang perjalanan aku gunakan untuk tidur, perjalan terasa sangat cepat sekali. Dan biasanya kalau aku mengalami seperti itu kondisiku sedang capek tingkat akut xD.

Ketika aku tidur dalam perjalanan bersama Ibu dan anak tadi, aku sempat mengalami beberapa mimpi. Tetapi mimpi-mimpi itu tidak terlalu jelas sehingga aku sudah lupa sekarang. Ketika aku sudah lumayan lama tidurnya, aku mendengar samar-samar keributan diantara penumpang bus. Dan lama-kelamaan ada suara yang cukup jelas dari Ibu disampingku. Dia membangunkanku, “mbak, bus nya kebakaran, mbak bus nya kebakaran,” coba ibu membangunkanku.

Seketika kemudian aku membuka mata dan melihat asap di bus bagian depan. Aku pun bingung, panik, dan langsung bergegas turun dari bus tanpa memikirkan nasib ibu dan anak yang telah membangunkanku. Karena kepanikanku dan imajinasiku yang membayangkan kalau-kalau bus nya meledak maka aku langsung turun meninggalkan penumpang yang lain.

Ilustrasi bus jelek
Ketika aku sudah berada diluar, aku mulai merasa bersalah karena telah meninggalkan Ibu dan anak yang duduk disampingku, serta merasa bersalah karena telah menyerobot antrean untuk keluar pintu dimana didalam bus banyak Ibu-ibu yang berteriak-teriak mencari anaknya. Pokoknya kondisi di dalam bus sangatlah panik. Aku juga merasa bersalah karena tidak menyilahkan orang-orang yang lebih tua untuk turun terlebih dahulu. ‘sebagai relawan yang senantiasa mengayomi masyarakat harusnya aku menenangkan orang-orang yang ketakutan didalam bus, supaya mereka tidak panik dan tidak saling injak menginjak, bukannya lari duluan meninggalkan yang lain,’ celetuk pikiranku memarahi diri sendiri. ‘Tadi sih ketika aku mengetahui kalau bus nya kebakar kondisiku masih setengah sadar, aku masih kebawa tidur, imajinasiku masih liar, jadinya aku nggak ngerti apa-apa dan langsung turun bus deh’ pikirku membela diri.

Aku mulai mengawasi setiap orang yang turun dari bus satu-persatu. Setelah akhirnya mataku melihat Ibu dan anak yang duduk disamping sudah turun aku merasa lega. Tetapi aku tidak mendekati mereka, aku hanya mengamati mereka dari jauh. Ternyata ibu dan anak yang duduk di sampingku turunnya agak belakangan, itu mungkin karena mereka tidak panik, mereka bersikap setenang mungkin meskipun kondisinya sangat ribut, sehingga mereka mempersilakan orang lain untuk turun terlebih dahulu. Aku yang mengaku sebagai seorang relawan jadi merasa malu pada diri sendiri huhuu.

Akhirnya semua penumpang telah berhasil keluar dari bus. Alhamdulillahnya bus nya tidak sampai meledak seperti dalam imajinasiku, berkat bapak-bapak pemberani yang telah berhasil memadamkan apinya. Ternyata perasaan tidak nyaman dari Ibu yang duduk disebelahku tadi menjadi kenyataan. Sebenarnya ketika aku hendak mau naik ke bus itu aku juga sudah merasa tidak enak, karena kondisi bus nya yang memang sudah tua sekali. #jadi prihatin dengan kondisi bus di Indonesia.

Jadi bus nya itu terbakar di daerah Bawen, beberapa meter sebelum pertigaan ke Salatiga dan ke Magelang. Dan kondisinya sudah jam 8 malam. Kami jadi bingung mau melanjutkan perjalanan dengan apa karena kondisinya sudah malam. Mana handphone ku sudah mati kehabisan baterai lagi. Tapi aku tidak mau menghubungi rumah, nanti mereka panik lagi. Akupun berfikir untuk menghubungi teman yang ada di Semarang yang rencananya akan pulang ke Magelang malam itu. Tapi aku tidak hafal nomor handphonenya, dan nomor handphonenya tersimpan di Hp ku yang mati, otomatis aku tidak bisa meminjam Hp orang yang terdampar dipinggir jalan lainnya untuk menghubungi temanku. Yang aku bawa saat itu laptop dan modem. Akupun duduk diemperan toko lalu menyalakan laptop dan menyolokkan modem supaya terhubung ke internet. Setelah itu aku memberitahu kondisiku ke teman yang ada di semarang melalui Facebook. Namun temanku tidak segera membalas, akupun mematikan laptop kembali. Untuk sekedar informasi saja pikirku. Selanjutnya aku bergantung pada nasib dan berdo’a, serta mengamati pengendara motor yang lewat, siapa tahu ada temanku. Kalau temanku lewat, aku akan langsung berteriak memanggilnya, ideku.

Beberapa saat kemudian ada bus lewat. Bus terakhir yang lewat di hari itu katanya. Orang-orang yang terdamparpun langsung berjejalan menaiki bus terakhir itu. Aku sama sekali tidak kepikiran untuk ikut naik bus itu. Aku lebih memilih bergantung pada nasib daripada ikut berjejalan naik bus yang sumpek itu. Nanti malah bisa tambah berbahaya lagi karena overload, pikirku. Bisa dibayangkan saja, bis yang hanya bisa menampung sekitar 70 penumpang, malam itu menjadi menampung dua kalinya. Apa bus nya kuat? Batinku menghantui. Setelah penumpang yang terdampar naik bus terakhir yang lewat, tersisalah beberapa orang saja. Orang-orang yang tersisa ada aku, seorang mbak, seorang bapak, dan satu keluarga yang terdiri dari Ibu dan dua anaknya. Ibu yang membawa dua anak itu rupanya Ibu yang ribut di bus tadi ketika mencari anaknya yang terpisah. Syukurlah mereka sudah bertemu, batinku :D

Kami orang-orang yang tertinggal ternyata berasal dari dua arah pulang yang berbeda. Aku, seorang bapak dan seorang mbak arahnya ke Magelang, sedangkan Ibu dan dua anaknya ke arah Wonosobo. Si Ibu dan dua anaknya itu tidak patah semangat, mereka selalu menyetop jika ada minibus yang lewat, padahal bukan ke arah rumahnya. Semangat IBU!! :D

Waktu-pun sudah menunjukkan pukul 9 malam, dan sudah tidak ada bus yang lewat lagi. Berarti benar, tadi bus terakhir yang lewat hari itu. Aku hanya berharap keajaiban datang. Kemudian dengan tiba-tiba seorang mbak yang ada di sampingku menangis. Lalu aku mendekatinya, dan menanyakan apa gerangan yang membuatnya menangis. Lalu mbaknya curhat, ternyata mbak itu sudah tidak pegang uang lagi, ia tadi berangkat hanya membawa uang yang untuk membayar bus saja, itupun tidak ada kembalian seperti yang mbaknya kira, karena tarif bus nya sudah naik dari sebelumnya. Dan uang yang untuk membayar bus tadi pun hasil pijaman ke temannya. Karena gajinya sudah ia tabung. “aku masih ada uang kok mbak, tenang saja,” kataku menenangkan.

Dalam hatiku berfikir, mbaknya ini sudah bekerja tapi kok masih nangis ya ketika ada masalah, didepan umum pula. Aku jadi heran. Tetapi ternyata mbaknya bekerja baru beberapa bulan saja, ia baru lulus SMA tahun ini. Ia lulus SMA tidak melanjutkan kuliah melainkan langsung kerja. Berarti masih tuaan aku ya? Pantesaan batinku hehe.

Waktu sudah menunjukkan hampir jam setengah 10 malam, tapi tidak terlihat tanda-tanda adanya kendaraan umum yang lewat. Harapanku pun pupus sudah. Kalaupun aku harus bermalam diemperan aku juga sanggup, tak masalah. Karena aku sendiripun dulu juga pernah tidur dipinggir jalan, di garasi orang, dijembatan, ketika mbolang pas masih jadi anak pecinta alam dulu heuheu. Payah kali ni anak xD. Jadi kalau disuruh tidur diemperan toko mah kagak masalah, baru paginya naik bus lagi melanjutkan perjalanan pulang pikirku.

Tetapi dewi fortuna masih berpihak kepadaku rupanya. Beberapa saat kemudian seorang bapak yang juga merupakan penumpang tertinggal tadi berkata kepada kami – aku dan mbaknya, kalau ia dijemput temannya dengan mobil, jadi nanti kami diperbolehkan untuk naik ke mobilnya. Alhamdulillah batinku. Bapak itu juga bilang ke Ibu sekeluarga kalau mereka nanti dapat naik ke mobilnya. Kamipun lega.

Tak selang berapa lama, mobil yang menjemput bapak tadi muncul. Tapi mobilnya sedan kecil, mana mungkin bisa muat buat kami semua, pikirku. Aku dan mbak disampingku pun langsung naik ke mobil, supaya kebagian tempat duduk hehe. Ternyata oh ternyata, tadinya bapaknya mengira kalau temannya menjemputnya dengan mobil yang besar, ternyata menjemput dengan mobil yang kecil, akhirnya bapak yang baik hati itu dengan berat hati meminta maaf ke Ibu sekeluarga kalau tidak bisa mengikutsertakan mereka ke dalam mobil, karena ternyata mobil yang dibawa temannya kecil. Lalu kamipun meninggalkan Ibu sekeluarga huhu. Jaga diri baik-baik kalian, do’aku pada mereka.

Didalam mobil kami mulai mengobrol. Tetapi pembicaraan lebih didominasi oleh bapak yang memberi kami tumpangan. Kami jadi mengetahui mengenai pekerjaan bapaknya yang menyebabkan ia pulang malam, ia telah menjadi pelangan bus malam selama beberapa bulan, sehingga ia mengetahui bus mana yang memiliki kualitas baik dan buruk. Selanjutnya kami tidak banyak mengobrol, karena bapaknya lebih banyak mengobrol dengan temannya yang menjadi supir malam itu.

Tak banyak memakan waktu lama akhirnya aku sudah sampai di desaku. Akupun turun dari mobil bapak yang baik hati. Waktu telah menunjukkan pukul 10 malam. Jadi kalau dihitung-hitung perjalanan pulangku selama 5 jam. Padahal biasanya dua jam sudah sampai rumah. Sungguh perjalanan panjang nan melelahkan. Sesampai dirumah aku tak banyak cerita. Aku cuman berkata kalau tadi bus yang aku tumpangi terbakar sedikit, jadinya aku pulang telat. Untungnya Ibuku tidak banyak bertanya sehingga akupun tak perlu banyak menjawab. Syukurlah..


Itu merupakan sepenggal kisah unik sewaktu perjalanan pulangku, dan aku masih punya banyak pengalaman unik lainnya. Aku ceritakan lain kali yaa. Sayonara :D

April 8, 2015

Teori Relativitas Anak Kos



Kamu tahu guys, sebagai anak rantauan yang tinggalnya tidak bersama dengan orang tua dan keluarga, jika ada hari libur mendekati weekend merupakan saat-saat yang paling ditunggu-tunggu. Biasanya nih, kalo ada waktu seperti itu, sehari sebelum hari libur suasana kelas menjadi sepi, penghuni kelasnya berkurang 50% dari biasanya karena banyak anak rantauan yang sudah meninggalkan bumi rantauannya sehari sebelum hari libur tiba, tujuannya sih supaya liburan mereka lebih lama. Begitu juga dengan aku yang tak mau ketinggalan dengan saat-saat sakral bagi anak kost. Hehe.
Tinggal di bumi rantauan bagiku dan bagi teman-teman seperjuangan lainnya merupakan suatu kehidupan yang sangat menyiksa #eeaakkk. Menghabiskan waktu sehari di bumi rantauan bagaikan menghabiskan waktu sebulan, dan tinggal sebulan bagaikan menghabiskan waktu  satu tahun. Itulah kenapa jika ada kesempatan untuk pulang langsung banyak yang menyabet kesempatan itu.
Setelah selesai membereskan semuanya seperti menyuci baju, mencuci piring, dan melakukan hal-hal yang harus dilakukan oleh anak kost, tapi tidak termasuk kamar (kamar mah nggak diberesin juga nggak masalah xixi), langsung dah aku cuss meninggalkan Semarang. Dalam perjalanan pulang hatiku berbunga-bunga karena hendak bertemu keluarga dan senyum-senyum sendiri karena akhirnya bisa merasakan moment yang paling ditunggu-tunggu. Hingga perjalanan yang sebenarnya lama pun hanya terasa sebentar olehku (karena sepanjang perjalanan aku tidur.. dan bangun-bangun sudah nyampe, hoho :D). Ya begitulah, malam yang gelappun tak membuatku gentar untuk berjalan seorang diri menuju ke rumah tercinta.
Sesampainya dirumah, aku mengucapkan salam dengan ceria, “Assalamu’alaikum.. :D”
Namun sepertinya orang-orang rumah tidak sehappy aku, ketika mengetahui bahwa aku pulang. Ibuku malah sedikit memarahiku karena tidak membalas sms-nya selama aku dalam perjalanan dan itu membuatnya was-was karena anak perempuannya belum sampai rumah padahal sudah malam. (Hp-ku mati mah, jawabku). Apalagi duo adik cowokku ini, mereka langsung menghujaniku dengan berbagai macam pertanyaan-pertanyaan.
Adik 1: “Kenapa mbak Zahro pulang?”
Aku : “Kan besok Jum’at libur dik,”
Adik 2: “Ya ampun mbak, libur cuman sehari aja ngapain pulang?”
Aku: “lhah kalo kuliah mah hari sabtu dan mingu juga libur men..”
Adik 1 dan 2: “Yaelah mbak, libur cuman 3 hari ngapain juga pulang?”
Aku: “ Ya ampun dek, libur 3 hari itu kamu bilang cuman? Itu waktu yang lama tauukk, nggak biasanya mbak punya kesempatan libur seperti ini, makanya mbak nggak mau nglewatin kesempatan ini, dan langsung cus pulang deh,”
Jadi, menurut mereka 3 hari itu waktu yang sebentar?? Ya ampun dah,, bagiku itu waktu yang sangat lama (pikirku)
Dan kalian tahu guys, jadi aku pergi ke Semarang yang sudah 1 bulan itu, yang menurutku sudah 1 tahun itu, menurut mereka aku hanya baru pergi kemaren sore dan tiba-tiba aku pulang hari ini. Jadi mereka tidak merasa kehilanganku karena menurut mereka aku baru pergi sebentar. Bisa kalian banyangin guys,, betapa shocknya diriku waktu itu (mana pegangan-mana pegangan?) haha.
Jadi selama ini apa yang aku rasain sangatlah berbanding terbalik dengan apa yang orang rumah rasain?? (sangatlah tidak adil menurutku haha)
Adik 1 ku bilang, kalau seseorang merasakan waktu yang lebih lama dari waktu yang seharusnya (seperti waktu 1 bulan tapi perasaanku seperti 1 tahun), itu tandanya seseorang tersebut menjalani hari-harinya dengan tidak bahagia, merasa sedih, merasa kesepian, dan merasakan hal-hal yang tidak enak.
Haha benar juga sih ya kata-kata Adikku itu. Bagaimana tidak, di Semarang aku selalu dijejali dengan tugas, tugas, dan tugas. Kehidupanku selalu dikejar oleh yang namanya deadline. Baik itu deadline tugas kuliah, maupun deadline competisi yang aku ikuti. Belum lagi hari-hariku yang selalu dipenuhin dengan rapat, rapat,dan rapat. Rapat dari organisasi yang aku ikuti memang selalu mamakan waktu luangku. Belum lagi aku harus memperhitungkan pengeluaran bulananku. Dan untuk yang satu ini, aku belum bisa memanajemen uang dengan baik. Biarpun sudah 4 semester di rantauan, masalah keuanganku masih kacau. Uang bulananku selalu sudah habis di setengah bulan pertama, jadi setengah bulan terakhir hidupku bisa dibilang menderita karena aku tidak memegang uang sama sekali haha, hebat juga ya diriku ini. Di setengah bulan terakhir aku hanya makan seadanya, tapi nggak pernah telat makan ya, sehari harus tiga kali makannya. Karena aku orangnya nggak kuat kalo disuruh nahan lapar, hehe. Kalau diajak main di akhir bulan selalu kutolak, kecuali kalo gratis, hehe. Dan aku selalu iri dengan teman-temanku yang dalam satu bulan bisa mengeluarkan uang yang jauh, jauh lebih sedikit dibanding aku. Bagaimana bisa? Tanyaku pada mereka. Beberapa temanku bisa irit dalam pengeluaran mereka karena mereka selalu irit dalam makan. Ada temanku yang sehari hanya makan satu kali dan itu hanya makan mie instan. Oh my God... (pikirku).  Untuk masalah makan mah aku nggak pernah absen, karena tubuh kita butuh nutrisi. Dan aku nggak mau menyiksa tubuh, karena hal itu dilarang :D. Ada juga temanku yang sehari tidak makan sama sekali. Aku kasihan juga sih sama mereka. Tapi mereka bisa membeli barang-barang yang mereka sukai dari hasil pengiritan mereka, seperti baju, tas, sepatu, dan bahkan handphone. Aku mah apa atuh ya. Handphone aja aku belum pernah beli sendiri, aku selalu minta punya orang tua. Dan aku nggak pernah beli-beli baju, tas, dan sepatu, karena akau nggak pernah punya uang tabungan. Kalupun aku nabung pasti uang tabunganku itu sudah aku ambil ketika akhir bulan menjelang. Hiks hiks. Hal itu bisa terjadi karena berapapun uangnya, berapapun jumlah uangnya, selalu habis dalam waktu satu hari sampai dua hari ketika ada ditanganku. Itulah kenapa aku nggak pernah bisa irit. Dan masalah keuangan merupakan salah satu penyebab kenapa hidup di rantauan terasa lebih lama dibandingkan hidup dirumah sendiri. Sehingga terkadang aku ingin banget orang tuaku punya rumah di Semarang dan tinggal di Semarang, sehingga aku tidak perlu lagi mikirin soal keuanganku haha (terlalu menghayal).
Oke, back to the topic. Mendengar kata-kata adikku tadi, aku jadi inget pelajaran Fisika bab relativitas ketika SMA kelas 2 dulu. Guru fisika SMA ku (dulu dan sampai sekarang aku masih ngefans sama beliau :D, dan ternyata aku selalu ngefans sama guru fisika, karena ternyata ketika SMP pun selain guru matematika aku juga ngefans sama guru Fisika-ku, Bp. Daolah terkasih. Eakkk xD)  dulu beliau pernah berkata kepada kami (murid-muridnya), ketika pelajaran relativitas, beliau menjelaskan tentang ada 2 orang kembar umur 20 tahun, yang satu tinggal di bumi dan yang satu lagi berkelana menelusuri bintang-bintang diangkasa luas selama 40 tahun (misalnya). Dan setelah ia kembali dibumi, maka umur kembaran yang tinggal dibumi menjadi 60 tahun dan umur orang yang berkelana menjadi 40 tahun (misalnya). (aku lupa rumusnya, bagi teman-teman yang penasaran bisa kepoin pelajaran relativitas kelas 2 SMA yaa :D). Bagaimana bisa pak?? Tanya kami murid-muridnya yang penasaran. Lalu guru fisika-ku menjelaskan, bahwa orang yang tetap tinggal dibumi ia melakukan rutinitas yang seperti biasanya, maka umurnya pun juga berjalan seperti biasanya. Sedangkan kembarannya yang menjelajahi angkasa luas, ia sedang bersenang-senang, karena ia sedang berpergian, sedang bermain-main, sedang berekreasi. Seperti kalau kita sedang berekreasi, perasaan kita senang kan? Begitu juga sang astronot yang sedang berkelana, perasaan ia juga senang, dan ternyata orang yang dalam hidupnya selalu merasa senang akan membuat umur mereka menjadi lebih muda daripada biasanya atau menjadi awet muda. Itulah sebabnya kenapa umurnya astronot bisa jauh lebih muda daripada umur kembarannya yang tinggal di bumi, karena sang astronot perasaannya selalu senang. Seperti itulah kira-kira penjelasan tentang teori Einstein, teori relativitas oleh guru Fisika-ku tercinta.
Jadi teman-temanku yang budiman, ketika kita selalu merasa bahagia dalam hidup, maka berapapun lamanya waktu yang kita jalani akan terasa sebentar. Sedangkan bagi orang yang hidupnya selalu dirundung kekusahan, kesedihan, maka ia akan merasa waktu berjalan lambat. Oleh karena itu, sebagai anak kos, anak kuliahan yang tugasnya seabrek, kita jangan pernah menganggap hal itu sebagai beban, jalanilah hidup kita dengan perasaan yang selalu senang. Supaya kita hidupnya juga tenang dan awet muda. Dan supaya kita tidak selalu pulang kampung, karena pulang kampung itu ongkosnya juga mahal hahay :D. sekian dan terimakasih.