June 28, 2015

AWAS!! Bus yang Aku Tumpangi Terbakar

Sebagai mahasiswa yang tempat kuliahnya masih satu pulau setidaknya, pasti sering pulang kampung kalau ada kesempatan. Tetapi ada juga sih, yang rumahnya Sumatera maupun Sulawesi, kuliah di Jawa ikut pulang kampung walaupun libur cuma beberapa hari saja.  Begitupun aku. Rumahku yang hanya berjarak tempuh sekitar satu jam jika mengendarai motor atau sekitar dua jam jika mengendarai mobil dan sekitar dua setengah jam jika mengendarai bus umum kalau tidak macet, harusnya aku sering pulang. Namun kenyataannya tidak. Aku hanya pulang beberapa kali saja dalam satu semester. Ambil contoh saja selama semester satu aku hanya pulang sebanyak tiga kali, dan setiap kali pulang aku hanya sebentar dirumah. Semester satu memang semester yang sibuk bagi mahasiswa baru (maba), karena banyak kegiatan ospek. Dua dari tiga kali kesempatanku untuk pulang tersebut, dirumah aku hanya semalam saja yaitu hari sabtu dan minggu. Dan satu dari tiga kesempatan pulang tersebut,  waktu pulangnya lumayan lama yaitu sekitar empat hari karena ada libur Idul Adha. Dulu sih ceritanya nggak semudah itu, dulu waktu libur Idul Adha, seharusnya kami para maba ada kegiatan ospek, tetapi setelah adanya perundingan dengan kakak tingkat akhirnya diputuskan kegiatan ospeknya diundur sehingga kami bisa pulang. Yeee :D. Aku memang tidak seperti teman-temanku yang asalnya dari Magelang juga, mereka setiap minggunya pulang ke rumah, berasa tidak ngekost aja ya?

Dalam benakku dulu, ketika kita kuliah, kita tinggal ditempat rantau sampai liburan semester tiba, baru deh kita pulang kampung. Namun kenyataannya tidak demikian, banyak mahasiswa yang sering pulang diakhir pekan atau ketika ada hari libur . Apalagi kalau ada hari kejepit nasional, pulangnya bisa bertambah lama deh. Bukan rahasia lagi, baik itu mahasiswa maupun dosen, jika ada hari kejepit nasional pasti kuliahnya kosong, jadi banyak pula mahasiswa yang pulang kampung. Mungkin karena tempat kuliahnya deket kali ya?

Biarpun rumahku dekat, namun bukan berarti perjalanan berangkatku ke Semarang tidak mengalami kendala. Kalau aku ingin berangkat ke Semarang naik bus atau shuttle aku harus ke terminal, dan lokasi terminalnya jauh dari rumahku serta letaknya berlawanan dengan arah tujuanku, jadi kalau dibayangkan aku harus berjalan mundur dari lokasi rumahku menuju terminal. Aku bisa juga sih naik bus tanpa harus ke terminal dulu, karena bus nya lewat rumahku, tapi nunggunya itu lho yang lama sekali, kecuali kalau sedang beruntung, bus nya muncul ketika aku baru saja menunggu. Sampai-sampai Ibuku bilang, “tempat kuliahnya deket aja bingung kalau mau berangkat-pulang, apalagi kalau kuliahnya di Jakarta yaa,” celetuk ibuku. “hehe..” jawabku terkekeh. Jadi dulu aku daftar kuliahnya di Jakarta, tapi aku ditolak sama universitas disana. Kalau begitu, aku ditolak dari universitas di Jakarta, sebaiknya aku bersedih atau bersyukur ya? Hehe

Oya, aku kalau perjalanan pulang terutama berangkat seringnya sore-sore, pasalnya kalau belum sore, tubuh ini nggak mau bergerak dari tempatnya hihii

Banyak sekali cerita unik yang aku alami selama berada di perjalanan. Entah itu perjalanan berangkat atau pulang. Aku ceritain salah satunya yaa... Check it out!

Pernah suatu waktu ketika perjalanan pulangku dari Semarang sudah hampir maghrib. Aku naik bus ekonomi (karena kalau bus AC hanya ada sampai jam 3, selebihnya bus sudah tidak lewat lagi) duduk di bangku bagian belakang karena bagian depan sudah penuh. Aku duduk di sebelah kanan dimana bangkunya berjumlah tiga. Disebelahku sudah terduduk seorang Ibu dan putrinya yang usianya sekitar usia siswa kelas lima SD. Selama perjalanan kami mengobrol banyak hal. Termasuk cerita bagaimana mereka bisa naik bus ini, gara-garanya bus AC nya suah tidak lewat lagi. Ibu itu kurang nyaman naik bus yang kami tumpangi itu.

Tetapi yang lebih ditekankan kami mengobrol seputar harga kebutuhan pokok yang mulai serba mahal. Karena saat itu sedang gemparnya isu kenaikan harga BBM setelah terpilihnya kepala pemerintahan yang baru.

“Sekarang itu harga-harga bahan makanan pokok lagi pada naik mbak,” ujar Ibu disampingku.

“Oh iya to, kok aku baru tahu?” batinku dalam hati. Karena di Semarang aku jarang belanja jadinya aku tidak tahu menahu soal harga kebutuhan pokok.

“Apalagi harga beras mbak, sekarang harganya melambung tinggi. Kasihan masyarakat miskin to mbak kalau gitu, kalau mereka tidak punya uang kan mereka sama sekali tidak bisa membeli beras, terus mereka mau makan apa. Apa pemerintah itu tidak berfikir ya mbak, mengenai bagaimana nasib rakyat-rakyat kecil?” keluh Ibu yang sampai sekarang aku tidak tahu namanya kepadaku.

“Iya ya bu, kasihan rakyat kecil,” jawabku turut merasa prihatin dengan keadaan negara ini. 

Dan obrolan kamipun terus berlanjut selama beberapa menit kemudian.

Setelah kami tidak ada obrolan,  waktu perjalanan selanjutnya aku habiskan dengan tidur. Memang sudah menjadi kebiasaanku setiap perjalanan pulang selalu aku habiskan untuk tidur. Apalagi kalau aku sedang kecapekan banget dan orang sebelahku tidak mau diajak ngobrol. Tidur di bus sangat lumayan sekali, cukup membuat penyegaran otak ketika sudah sampai rumah. Meskipun setiap kali aku pulang kerumah aku langsung tidur sih, karena akumulasi ngantuk selama di Semarang dan karena pulangku sudah malam hehe. Aku sudah pernah dan cukup sering malah tidak mengetahui kondisi perjalanan gara-gara sepanjang perjalanan aku tidur dan ketika bangun sudah mau sampai rumah. Kalau sepanjang perjalanan aku gunakan untuk tidur, perjalan terasa sangat cepat sekali. Dan biasanya kalau aku mengalami seperti itu kondisiku sedang capek tingkat akut xD.

Ketika aku tidur dalam perjalanan bersama Ibu dan anak tadi, aku sempat mengalami beberapa mimpi. Tetapi mimpi-mimpi itu tidak terlalu jelas sehingga aku sudah lupa sekarang. Ketika aku sudah lumayan lama tidurnya, aku mendengar samar-samar keributan diantara penumpang bus. Dan lama-kelamaan ada suara yang cukup jelas dari Ibu disampingku. Dia membangunkanku, “mbak, bus nya kebakaran, mbak bus nya kebakaran,” coba ibu membangunkanku.

Seketika kemudian aku membuka mata dan melihat asap di bus bagian depan. Aku pun bingung, panik, dan langsung bergegas turun dari bus tanpa memikirkan nasib ibu dan anak yang telah membangunkanku. Karena kepanikanku dan imajinasiku yang membayangkan kalau-kalau bus nya meledak maka aku langsung turun meninggalkan penumpang yang lain.

Ilustrasi bus jelek
Ketika aku sudah berada diluar, aku mulai merasa bersalah karena telah meninggalkan Ibu dan anak yang duduk disampingku, serta merasa bersalah karena telah menyerobot antrean untuk keluar pintu dimana didalam bus banyak Ibu-ibu yang berteriak-teriak mencari anaknya. Pokoknya kondisi di dalam bus sangatlah panik. Aku juga merasa bersalah karena tidak menyilahkan orang-orang yang lebih tua untuk turun terlebih dahulu. ‘sebagai relawan yang senantiasa mengayomi masyarakat harusnya aku menenangkan orang-orang yang ketakutan didalam bus, supaya mereka tidak panik dan tidak saling injak menginjak, bukannya lari duluan meninggalkan yang lain,’ celetuk pikiranku memarahi diri sendiri. ‘Tadi sih ketika aku mengetahui kalau bus nya kebakar kondisiku masih setengah sadar, aku masih kebawa tidur, imajinasiku masih liar, jadinya aku nggak ngerti apa-apa dan langsung turun bus deh’ pikirku membela diri.

Aku mulai mengawasi setiap orang yang turun dari bus satu-persatu. Setelah akhirnya mataku melihat Ibu dan anak yang duduk disamping sudah turun aku merasa lega. Tetapi aku tidak mendekati mereka, aku hanya mengamati mereka dari jauh. Ternyata ibu dan anak yang duduk di sampingku turunnya agak belakangan, itu mungkin karena mereka tidak panik, mereka bersikap setenang mungkin meskipun kondisinya sangat ribut, sehingga mereka mempersilakan orang lain untuk turun terlebih dahulu. Aku yang mengaku sebagai seorang relawan jadi merasa malu pada diri sendiri huhuu.

Akhirnya semua penumpang telah berhasil keluar dari bus. Alhamdulillahnya bus nya tidak sampai meledak seperti dalam imajinasiku, berkat bapak-bapak pemberani yang telah berhasil memadamkan apinya. Ternyata perasaan tidak nyaman dari Ibu yang duduk disebelahku tadi menjadi kenyataan. Sebenarnya ketika aku hendak mau naik ke bus itu aku juga sudah merasa tidak enak, karena kondisi bus nya yang memang sudah tua sekali. #jadi prihatin dengan kondisi bus di Indonesia.

Jadi bus nya itu terbakar di daerah Bawen, beberapa meter sebelum pertigaan ke Salatiga dan ke Magelang. Dan kondisinya sudah jam 8 malam. Kami jadi bingung mau melanjutkan perjalanan dengan apa karena kondisinya sudah malam. Mana handphone ku sudah mati kehabisan baterai lagi. Tapi aku tidak mau menghubungi rumah, nanti mereka panik lagi. Akupun berfikir untuk menghubungi teman yang ada di Semarang yang rencananya akan pulang ke Magelang malam itu. Tapi aku tidak hafal nomor handphonenya, dan nomor handphonenya tersimpan di Hp ku yang mati, otomatis aku tidak bisa meminjam Hp orang yang terdampar dipinggir jalan lainnya untuk menghubungi temanku. Yang aku bawa saat itu laptop dan modem. Akupun duduk diemperan toko lalu menyalakan laptop dan menyolokkan modem supaya terhubung ke internet. Setelah itu aku memberitahu kondisiku ke teman yang ada di semarang melalui Facebook. Namun temanku tidak segera membalas, akupun mematikan laptop kembali. Untuk sekedar informasi saja pikirku. Selanjutnya aku bergantung pada nasib dan berdo’a, serta mengamati pengendara motor yang lewat, siapa tahu ada temanku. Kalau temanku lewat, aku akan langsung berteriak memanggilnya, ideku.

Beberapa saat kemudian ada bus lewat. Bus terakhir yang lewat di hari itu katanya. Orang-orang yang terdamparpun langsung berjejalan menaiki bus terakhir itu. Aku sama sekali tidak kepikiran untuk ikut naik bus itu. Aku lebih memilih bergantung pada nasib daripada ikut berjejalan naik bus yang sumpek itu. Nanti malah bisa tambah berbahaya lagi karena overload, pikirku. Bisa dibayangkan saja, bis yang hanya bisa menampung sekitar 70 penumpang, malam itu menjadi menampung dua kalinya. Apa bus nya kuat? Batinku menghantui. Setelah penumpang yang terdampar naik bus terakhir yang lewat, tersisalah beberapa orang saja. Orang-orang yang tersisa ada aku, seorang mbak, seorang bapak, dan satu keluarga yang terdiri dari Ibu dan dua anaknya. Ibu yang membawa dua anak itu rupanya Ibu yang ribut di bus tadi ketika mencari anaknya yang terpisah. Syukurlah mereka sudah bertemu, batinku :D

Kami orang-orang yang tertinggal ternyata berasal dari dua arah pulang yang berbeda. Aku, seorang bapak dan seorang mbak arahnya ke Magelang, sedangkan Ibu dan dua anaknya ke arah Wonosobo. Si Ibu dan dua anaknya itu tidak patah semangat, mereka selalu menyetop jika ada minibus yang lewat, padahal bukan ke arah rumahnya. Semangat IBU!! :D

Waktu-pun sudah menunjukkan pukul 9 malam, dan sudah tidak ada bus yang lewat lagi. Berarti benar, tadi bus terakhir yang lewat hari itu. Aku hanya berharap keajaiban datang. Kemudian dengan tiba-tiba seorang mbak yang ada di sampingku menangis. Lalu aku mendekatinya, dan menanyakan apa gerangan yang membuatnya menangis. Lalu mbaknya curhat, ternyata mbak itu sudah tidak pegang uang lagi, ia tadi berangkat hanya membawa uang yang untuk membayar bus saja, itupun tidak ada kembalian seperti yang mbaknya kira, karena tarif bus nya sudah naik dari sebelumnya. Dan uang yang untuk membayar bus tadi pun hasil pijaman ke temannya. Karena gajinya sudah ia tabung. “aku masih ada uang kok mbak, tenang saja,” kataku menenangkan.

Dalam hatiku berfikir, mbaknya ini sudah bekerja tapi kok masih nangis ya ketika ada masalah, didepan umum pula. Aku jadi heran. Tetapi ternyata mbaknya bekerja baru beberapa bulan saja, ia baru lulus SMA tahun ini. Ia lulus SMA tidak melanjutkan kuliah melainkan langsung kerja. Berarti masih tuaan aku ya? Pantesaan batinku hehe.

Waktu sudah menunjukkan hampir jam setengah 10 malam, tapi tidak terlihat tanda-tanda adanya kendaraan umum yang lewat. Harapanku pun pupus sudah. Kalaupun aku harus bermalam diemperan aku juga sanggup, tak masalah. Karena aku sendiripun dulu juga pernah tidur dipinggir jalan, di garasi orang, dijembatan, ketika mbolang pas masih jadi anak pecinta alam dulu heuheu. Payah kali ni anak xD. Jadi kalau disuruh tidur diemperan toko mah kagak masalah, baru paginya naik bus lagi melanjutkan perjalanan pulang pikirku.

Tetapi dewi fortuna masih berpihak kepadaku rupanya. Beberapa saat kemudian seorang bapak yang juga merupakan penumpang tertinggal tadi berkata kepada kami – aku dan mbaknya, kalau ia dijemput temannya dengan mobil, jadi nanti kami diperbolehkan untuk naik ke mobilnya. Alhamdulillah batinku. Bapak itu juga bilang ke Ibu sekeluarga kalau mereka nanti dapat naik ke mobilnya. Kamipun lega.

Tak selang berapa lama, mobil yang menjemput bapak tadi muncul. Tapi mobilnya sedan kecil, mana mungkin bisa muat buat kami semua, pikirku. Aku dan mbak disampingku pun langsung naik ke mobil, supaya kebagian tempat duduk hehe. Ternyata oh ternyata, tadinya bapaknya mengira kalau temannya menjemputnya dengan mobil yang besar, ternyata menjemput dengan mobil yang kecil, akhirnya bapak yang baik hati itu dengan berat hati meminta maaf ke Ibu sekeluarga kalau tidak bisa mengikutsertakan mereka ke dalam mobil, karena ternyata mobil yang dibawa temannya kecil. Lalu kamipun meninggalkan Ibu sekeluarga huhu. Jaga diri baik-baik kalian, do’aku pada mereka.

Didalam mobil kami mulai mengobrol. Tetapi pembicaraan lebih didominasi oleh bapak yang memberi kami tumpangan. Kami jadi mengetahui mengenai pekerjaan bapaknya yang menyebabkan ia pulang malam, ia telah menjadi pelangan bus malam selama beberapa bulan, sehingga ia mengetahui bus mana yang memiliki kualitas baik dan buruk. Selanjutnya kami tidak banyak mengobrol, karena bapaknya lebih banyak mengobrol dengan temannya yang menjadi supir malam itu.

Tak banyak memakan waktu lama akhirnya aku sudah sampai di desaku. Akupun turun dari mobil bapak yang baik hati. Waktu telah menunjukkan pukul 10 malam. Jadi kalau dihitung-hitung perjalanan pulangku selama 5 jam. Padahal biasanya dua jam sudah sampai rumah. Sungguh perjalanan panjang nan melelahkan. Sesampai dirumah aku tak banyak cerita. Aku cuman berkata kalau tadi bus yang aku tumpangi terbakar sedikit, jadinya aku pulang telat. Untungnya Ibuku tidak banyak bertanya sehingga akupun tak perlu banyak menjawab. Syukurlah..


Itu merupakan sepenggal kisah unik sewaktu perjalanan pulangku, dan aku masih punya banyak pengalaman unik lainnya. Aku ceritakan lain kali yaa. Sayonara :D

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan komentar anda secara bijak