Sebagai mahasiswa yang tempat
kuliahnya masih satu pulau setidaknya, pasti sering pulang kampung kalau ada
kesempatan. Tetapi ada juga sih, yang rumahnya Sumatera maupun Sulawesi, kuliah
di Jawa ikut pulang kampung walaupun libur cuma beberapa hari saja. Begitupun aku. Rumahku yang hanya berjarak
tempuh sekitar satu jam jika mengendarai motor atau sekitar dua jam jika
mengendarai mobil dan sekitar dua setengah jam jika mengendarai bus umum kalau
tidak macet, harusnya aku sering pulang. Namun kenyataannya tidak. Aku hanya
pulang beberapa kali saja dalam satu semester. Ambil contoh saja selama
semester satu aku hanya pulang sebanyak tiga kali, dan setiap kali pulang aku
hanya sebentar dirumah. Semester satu memang semester yang sibuk bagi mahasiswa
baru (maba), karena banyak kegiatan ospek. Dua dari tiga kali kesempatanku
untuk pulang tersebut, dirumah aku hanya semalam saja yaitu hari sabtu dan
minggu. Dan satu dari tiga kesempatan pulang tersebut, waktu pulangnya lumayan lama yaitu sekitar
empat hari karena ada libur Idul Adha. Dulu sih ceritanya nggak semudah itu,
dulu waktu libur Idul Adha, seharusnya kami para maba ada kegiatan ospek,
tetapi setelah adanya perundingan dengan kakak tingkat akhirnya diputuskan
kegiatan ospeknya diundur sehingga kami bisa pulang. Yeee :D. Aku memang tidak
seperti teman-temanku yang asalnya dari Magelang juga, mereka setiap minggunya
pulang ke rumah, berasa tidak ngekost aja ya?
Dalam benakku dulu, ketika kita
kuliah, kita tinggal ditempat rantau sampai liburan semester tiba, baru deh
kita pulang kampung. Namun kenyataannya tidak demikian, banyak mahasiswa yang
sering pulang diakhir pekan atau ketika ada hari libur . Apalagi kalau ada hari
kejepit nasional, pulangnya bisa bertambah lama deh. Bukan rahasia lagi, baik
itu mahasiswa maupun dosen, jika ada hari kejepit nasional pasti kuliahnya
kosong, jadi banyak pula mahasiswa yang pulang kampung. Mungkin karena tempat
kuliahnya deket kali ya?
Biarpun rumahku dekat, namun
bukan berarti perjalanan berangkatku ke Semarang tidak mengalami kendala. Kalau
aku ingin berangkat ke Semarang naik bus atau shuttle aku harus ke terminal,
dan lokasi terminalnya jauh dari rumahku serta letaknya berlawanan dengan arah
tujuanku, jadi kalau dibayangkan aku harus berjalan mundur dari lokasi rumahku
menuju terminal. Aku bisa juga sih naik bus tanpa harus ke terminal dulu,
karena bus nya lewat rumahku, tapi nunggunya itu lho yang lama sekali, kecuali
kalau sedang beruntung, bus nya muncul ketika aku baru saja menunggu. Sampai-sampai
Ibuku bilang, “tempat kuliahnya deket aja bingung kalau mau berangkat-pulang,
apalagi kalau kuliahnya di Jakarta yaa,” celetuk ibuku. “hehe..” jawabku
terkekeh. Jadi dulu aku daftar kuliahnya di Jakarta, tapi aku ditolak sama
universitas disana. Kalau begitu, aku ditolak dari universitas di Jakarta,
sebaiknya aku bersedih atau bersyukur ya? Hehe
Oya, aku kalau perjalanan pulang
terutama berangkat seringnya sore-sore, pasalnya kalau belum sore, tubuh ini
nggak mau bergerak dari tempatnya hihii
Banyak sekali cerita unik yang
aku alami selama berada di perjalanan. Entah itu perjalanan berangkat atau
pulang. Aku ceritain salah satunya yaa... Check it out!
Pernah suatu waktu ketika
perjalanan pulangku dari Semarang sudah hampir maghrib. Aku naik bus ekonomi
(karena kalau bus AC hanya ada sampai jam 3, selebihnya bus sudah tidak lewat
lagi) duduk di bangku bagian belakang karena bagian depan sudah penuh. Aku
duduk di sebelah kanan dimana bangkunya berjumlah tiga. Disebelahku sudah
terduduk seorang Ibu dan putrinya yang usianya sekitar usia siswa kelas lima
SD. Selama perjalanan kami mengobrol banyak hal. Termasuk cerita bagaimana
mereka bisa naik bus ini, gara-garanya bus AC nya suah tidak lewat lagi. Ibu
itu kurang nyaman naik bus yang kami tumpangi itu.
Tetapi yang lebih ditekankan kami
mengobrol seputar harga kebutuhan pokok yang mulai serba mahal. Karena saat itu
sedang gemparnya isu kenaikan harga BBM setelah terpilihnya kepala pemerintahan
yang baru.
“Sekarang itu harga-harga bahan
makanan pokok lagi pada naik mbak,” ujar Ibu disampingku.
“Oh iya to, kok aku baru tahu?”
batinku dalam hati. Karena di Semarang aku jarang belanja jadinya aku tidak
tahu menahu soal harga kebutuhan pokok.
“Apalagi harga beras mbak,
sekarang harganya melambung tinggi. Kasihan masyarakat miskin to mbak kalau
gitu, kalau mereka tidak punya uang kan mereka sama sekali tidak bisa membeli
beras, terus mereka mau makan apa. Apa pemerintah itu tidak berfikir ya mbak,
mengenai bagaimana nasib rakyat-rakyat kecil?” keluh Ibu yang sampai sekarang
aku tidak tahu namanya kepadaku.
“Iya ya bu, kasihan rakyat kecil,”
jawabku turut merasa prihatin dengan keadaan negara ini.
Dan obrolan kamipun terus
berlanjut selama beberapa menit kemudian.
Setelah kami tidak ada
obrolan, waktu perjalanan selanjutnya
aku habiskan dengan tidur. Memang sudah menjadi kebiasaanku setiap perjalanan
pulang selalu aku habiskan untuk tidur. Apalagi kalau aku sedang kecapekan banget
dan orang sebelahku tidak mau diajak ngobrol. Tidur di bus sangat lumayan
sekali, cukup membuat penyegaran otak ketika sudah sampai rumah. Meskipun
setiap kali aku pulang kerumah aku langsung tidur sih, karena akumulasi ngantuk
selama di Semarang dan karena pulangku sudah malam hehe. Aku sudah pernah dan
cukup sering malah tidak mengetahui kondisi perjalanan gara-gara sepanjang
perjalanan aku tidur dan ketika bangun sudah mau sampai rumah. Kalau sepanjang
perjalanan aku gunakan untuk tidur, perjalan terasa sangat cepat sekali. Dan
biasanya kalau aku mengalami seperti itu kondisiku sedang capek tingkat akut
xD.
Ketika aku tidur dalam perjalanan
bersama Ibu dan anak tadi, aku sempat mengalami beberapa mimpi. Tetapi
mimpi-mimpi itu tidak terlalu jelas sehingga aku sudah lupa sekarang. Ketika
aku sudah lumayan lama tidurnya, aku mendengar samar-samar keributan diantara
penumpang bus. Dan lama-kelamaan ada suara yang cukup jelas dari Ibu
disampingku. Dia membangunkanku, “mbak, bus nya kebakaran, mbak bus nya
kebakaran,” coba ibu membangunkanku.
Seketika kemudian aku membuka
mata dan melihat asap di bus bagian depan. Aku pun bingung, panik, dan langsung
bergegas turun dari bus tanpa memikirkan nasib ibu dan anak yang telah
membangunkanku. Karena kepanikanku dan imajinasiku yang membayangkan kalau-kalau
bus nya meledak maka aku langsung turun meninggalkan penumpang yang lain.
|
Ilustrasi bus jelek |
Ketika aku sudah berada diluar,
aku mulai merasa bersalah karena telah meninggalkan Ibu dan anak yang duduk
disampingku, serta merasa bersalah karena telah menyerobot antrean untuk keluar
pintu dimana didalam bus banyak Ibu-ibu yang berteriak-teriak mencari anaknya.
Pokoknya kondisi di dalam bus sangatlah panik. Aku juga merasa bersalah karena
tidak menyilahkan orang-orang yang lebih tua untuk turun terlebih dahulu.
‘sebagai relawan yang senantiasa mengayomi masyarakat harusnya aku menenangkan
orang-orang yang ketakutan didalam bus, supaya mereka tidak panik dan tidak saling
injak menginjak, bukannya lari duluan meninggalkan yang lain,’ celetuk
pikiranku memarahi diri sendiri. ‘Tadi sih ketika aku mengetahui kalau bus nya
kebakar kondisiku masih setengah sadar, aku masih kebawa tidur, imajinasiku
masih liar, jadinya aku nggak ngerti apa-apa dan langsung turun bus deh’
pikirku membela diri.
Aku mulai mengawasi setiap orang
yang turun dari bus satu-persatu. Setelah akhirnya mataku melihat Ibu dan anak
yang duduk disamping sudah turun aku merasa lega. Tetapi aku tidak mendekati
mereka, aku hanya mengamati mereka dari jauh. Ternyata ibu dan anak yang duduk
di sampingku turunnya agak belakangan, itu mungkin karena mereka tidak panik, mereka
bersikap setenang mungkin meskipun kondisinya sangat ribut, sehingga mereka
mempersilakan orang lain untuk turun terlebih dahulu. Aku yang mengaku sebagai
seorang relawan jadi merasa malu pada diri sendiri huhuu.
Akhirnya semua penumpang telah
berhasil keluar dari bus. Alhamdulillahnya bus nya tidak sampai meledak seperti
dalam imajinasiku, berkat bapak-bapak pemberani yang telah berhasil memadamkan
apinya. Ternyata perasaan tidak nyaman dari Ibu yang duduk disebelahku tadi
menjadi kenyataan. Sebenarnya ketika aku hendak mau naik ke bus itu aku juga
sudah merasa tidak enak, karena kondisi bus nya yang memang sudah tua sekali.
#jadi prihatin dengan kondisi bus di Indonesia.
Jadi bus nya itu terbakar di
daerah Bawen, beberapa meter sebelum pertigaan ke Salatiga dan ke Magelang. Dan
kondisinya sudah jam 8 malam. Kami jadi bingung mau melanjutkan perjalanan
dengan apa karena kondisinya sudah malam. Mana handphone ku sudah mati
kehabisan baterai lagi. Tapi aku tidak mau menghubungi rumah, nanti mereka
panik lagi. Akupun berfikir untuk menghubungi teman yang ada di Semarang yang
rencananya akan pulang ke Magelang malam itu. Tapi aku tidak hafal nomor
handphonenya, dan nomor handphonenya tersimpan di Hp ku yang mati, otomatis aku
tidak bisa meminjam Hp orang yang terdampar dipinggir jalan lainnya untuk
menghubungi temanku. Yang aku bawa saat itu laptop dan modem. Akupun duduk
diemperan toko lalu menyalakan laptop dan menyolokkan modem supaya terhubung ke
internet. Setelah itu aku memberitahu kondisiku ke teman yang ada di semarang
melalui Facebook. Namun temanku tidak segera membalas, akupun mematikan laptop
kembali. Untuk sekedar informasi saja pikirku. Selanjutnya aku bergantung pada
nasib dan berdo’a, serta mengamati pengendara motor yang lewat, siapa tahu ada
temanku. Kalau temanku lewat, aku akan langsung berteriak memanggilnya, ideku.
Beberapa saat kemudian ada bus
lewat. Bus terakhir yang lewat di hari itu katanya. Orang-orang yang
terdamparpun langsung berjejalan menaiki bus terakhir itu. Aku sama sekali
tidak kepikiran untuk ikut naik bus itu. Aku lebih memilih bergantung pada
nasib daripada ikut berjejalan naik bus yang sumpek itu. Nanti malah bisa
tambah berbahaya lagi karena overload, pikirku. Bisa dibayangkan saja, bis yang
hanya bisa menampung sekitar 70 penumpang, malam itu menjadi menampung dua
kalinya. Apa bus nya kuat? Batinku menghantui. Setelah penumpang yang terdampar
naik bus terakhir yang lewat, tersisalah beberapa orang saja. Orang-orang yang
tersisa ada aku, seorang mbak, seorang bapak, dan satu keluarga yang terdiri
dari Ibu dan dua anaknya. Ibu yang membawa dua anak itu rupanya Ibu yang ribut
di bus tadi ketika mencari anaknya yang terpisah. Syukurlah mereka sudah
bertemu, batinku :D
Kami orang-orang yang tertinggal
ternyata berasal dari dua arah pulang yang berbeda. Aku, seorang bapak dan
seorang mbak arahnya ke Magelang, sedangkan Ibu dan dua anaknya ke arah
Wonosobo. Si Ibu dan dua anaknya itu tidak patah semangat, mereka selalu menyetop
jika ada minibus yang lewat, padahal bukan ke arah rumahnya. Semangat IBU!! :D
Waktu-pun sudah menunjukkan pukul
9 malam, dan sudah tidak ada bus yang lewat lagi. Berarti benar, tadi bus
terakhir yang lewat hari itu. Aku hanya berharap keajaiban datang. Kemudian
dengan tiba-tiba seorang mbak yang ada di sampingku menangis. Lalu aku
mendekatinya, dan menanyakan apa gerangan yang membuatnya menangis. Lalu
mbaknya curhat, ternyata mbak itu sudah tidak pegang uang lagi, ia tadi
berangkat hanya membawa uang yang untuk membayar bus saja, itupun tidak ada
kembalian seperti yang mbaknya kira, karena tarif bus nya sudah naik dari
sebelumnya. Dan uang yang untuk membayar bus tadi pun hasil pijaman ke temannya.
Karena gajinya sudah ia tabung. “aku masih ada uang kok mbak, tenang saja,”
kataku menenangkan.
Dalam hatiku berfikir, mbaknya
ini sudah bekerja tapi kok masih nangis ya ketika ada masalah, didepan umum
pula. Aku jadi heran. Tetapi ternyata mbaknya bekerja baru beberapa bulan saja,
ia baru lulus SMA tahun ini. Ia lulus SMA tidak melanjutkan kuliah melainkan
langsung kerja. Berarti masih tuaan aku ya? Pantesaan batinku hehe.
Waktu sudah menunjukkan hampir
jam setengah 10 malam, tapi tidak terlihat tanda-tanda adanya kendaraan umum
yang lewat. Harapanku pun pupus sudah. Kalaupun aku harus bermalam diemperan
aku juga sanggup, tak masalah. Karena aku sendiripun dulu juga pernah tidur
dipinggir jalan, di garasi orang, dijembatan, ketika mbolang pas masih jadi
anak pecinta alam dulu heuheu. Payah kali ni anak xD. Jadi kalau disuruh tidur
diemperan toko mah kagak masalah, baru paginya naik bus lagi melanjutkan
perjalanan pulang pikirku.
Tetapi dewi fortuna masih
berpihak kepadaku rupanya. Beberapa saat kemudian seorang bapak yang juga
merupakan penumpang tertinggal tadi berkata kepada kami – aku dan mbaknya,
kalau ia dijemput temannya dengan mobil, jadi nanti kami diperbolehkan untuk
naik ke mobilnya. Alhamdulillah batinku. Bapak itu juga bilang ke Ibu
sekeluarga kalau mereka nanti dapat naik ke mobilnya. Kamipun lega.
Tak selang berapa lama, mobil
yang menjemput bapak tadi muncul. Tapi mobilnya sedan kecil, mana mungkin bisa
muat buat kami semua, pikirku. Aku dan mbak disampingku pun langsung naik ke
mobil, supaya kebagian tempat duduk hehe. Ternyata oh ternyata, tadinya
bapaknya mengira kalau temannya menjemputnya dengan mobil yang besar, ternyata
menjemput dengan mobil yang kecil, akhirnya bapak yang baik hati itu dengan
berat hati meminta maaf ke Ibu sekeluarga kalau tidak bisa mengikutsertakan
mereka ke dalam mobil, karena ternyata mobil yang dibawa temannya kecil. Lalu
kamipun meninggalkan Ibu sekeluarga huhu. Jaga diri baik-baik kalian, do’aku
pada mereka.
Didalam mobil kami mulai
mengobrol. Tetapi pembicaraan lebih didominasi oleh bapak yang memberi kami
tumpangan. Kami jadi mengetahui mengenai pekerjaan bapaknya yang menyebabkan ia
pulang malam, ia telah menjadi pelangan bus malam selama beberapa bulan,
sehingga ia mengetahui bus mana yang memiliki kualitas baik dan buruk.
Selanjutnya kami tidak banyak mengobrol, karena bapaknya lebih banyak mengobrol
dengan temannya yang menjadi supir malam itu.
Tak banyak memakan waktu lama
akhirnya aku sudah sampai di desaku. Akupun turun dari mobil bapak yang baik
hati. Waktu telah menunjukkan pukul 10 malam. Jadi kalau dihitung-hitung
perjalanan pulangku selama 5 jam. Padahal biasanya dua jam sudah sampai rumah. Sungguh
perjalanan panjang nan melelahkan. Sesampai dirumah aku tak banyak cerita. Aku
cuman berkata kalau tadi bus yang aku tumpangi terbakar sedikit, jadinya aku pulang
telat. Untungnya Ibuku tidak banyak bertanya sehingga akupun tak perlu banyak
menjawab. Syukurlah..
Itu merupakan sepenggal kisah
unik sewaktu perjalanan pulangku, dan aku masih punya banyak pengalaman unik
lainnya. Aku ceritakan lain kali yaa. Sayonara :D