February 10, 2016

I Don't Wanna Sad, though because a movie


Tulisan ini ditulis sebenarya bermaksud untuk bercerita tentang kesedihanku atas kepergian teman sekamarku, tetapi ternyata ceritanya ngalor-ngidul sampai kemana-mana. Bacalah..

07022016
Ciii.. Mbak tikong... Entong... Putrii...
Seengaknya kalian berempat yang ingin aku curhatin. :(
Aku sekarang lagi sedih nii.. Hiks hiks..
Aku sekarang sekamar sendirian lagii.. :( Mbak Nurul teman sekamarku, sudah tidak ngekost di tempat aku ngekost lagii..  :'(.
       Jadi ya Ci, kamu mungkin belum tahu ceritanya, dulu waktu semester 1 sampai semester 3 aku ngekost di Jl.Siwungu, disana aku sekosan sama Mbak tikong dan Entong.  Kami bertiga merupakan anak kost baru di kost Siwungu ini. Aku dan Entong merupakan mahasiswa baru dan mbak Tikong  mahasiswa semester  5. Kost Siwungu merupakan kost ketiganya mbak Tikong. Karena kamar kami bertiga berjejeran dengan kamar mbak Tikong  ada ditengah, kami menjadi akrab. Selanjutnya kami membuat grup 3Idiots Sister hehe. Di kost Siwungu ini, sekamar sendiri atau sekamar satu orang, kamarnya sempit . Awalnya aku tidak ada apa-apa dan bersikap biasa saja dengan bapak dan ibu kost (mereka sebenarnya adiknya yang punya kost, tapi kami anak kost manggil mereka bapak dan ibu kost, karena mereka tinggalnya ditempat yang sama dengan kami), aku menganggap mereka seolah-olah menjadi bapak-ibu ku di Semarang, karena di Semarang jauh dari orang tua kandung. Aku menganggap mereka sebagai orangtua kedua hehe (aku terlalu baik kata salah satu mbak kost ). Namun setelah beberapa minggu menjadi anak kost, mbak-mbak kost yang sudah lama ngekost disitu menceritakan tentang beberapa sifat bapak dan ibu kost yang kami-anak kost baru-belum tahu. Sifat bapak dan ibu kost menurut mbak-mbak kost sedikit agak menyebalkan. Salah satu mbak kost sebut saja mbak Via dan mbak-mbak kost yang lain selalu konflik dengan bapak dan ibu kost. Entah itu masalah motor, parkiran, teman-teman kuliah yang main ke kost, masalah dapur, dan lain-lain. Mbak Via cerita kalo ada teman-teman kuliahnya sedang main ke kamarnya dan lumayan berisik langsung disindir oleh bapak atau ibu kost. Dan masih banyak cerita lain tentang bapak-ibu kost yang aku sudah lupa.
      Setelah mendapat bermacam-macam cerita tentang bapak-ibu kost oleh mbak Via dan mbak-mbak kost yang lain, kami (aku, entong, mbak tikong) dan mungkin terutama aku menjadi memiliki pandangan yang berbeda terhadap bapak-ibu kost. Aku lantas mencurigai, bersikap was-was dan sedikit menjauh dari bapak-ibu kost. Karena pikiranku sudah berpandangan lain tentang bapak-ibu kost maka kejadian-kejadian yang kurang enak pun terjadi diantara kita (mungkin kalo pikiranku masih netral, kejadian-kejadian tersebut nggak bakalan terjadi atau kalaupun terjadi ya aku biasa saja, karena aku orangnya cuek, tetapi sekarang aku menjadi lebih aware terhadap bapak-ibu kost, aku sudah tidak cuek lagi tentang ini). Sebenarnya bukan kejadian-kejadian buruk sih, cuman prasangka-prasangka kami saja.  Kami menjadi khawatir jika di kamar-kamar kami dan kamar mandi ada kamera cctv nya hehe, kami khawatir jika Ibu sedang masak di dapur yang letaknya di samping kamarku persis itu dia sambil menguping pembicaraannya kami haha, kami juga curiga jika anaknya bapak-ibu kost sering lewat kamar kita karena ia sedang mengintai kami wkwkwk. Oya, bapak-ibu kost kami memiliki dua anak, anak pertamanya cowok umurnya sekitar 10 tahun dan anak kedua cewek umurnya sekitar 20 bulan pada saat itu. Jadi ketika anak cowoknya lewat kamar-kamar kami, kami menjadi berprasangka jika dia disuruh orang tuanya untuk mengintai kamar kami, barangkali kami membawa barang-barang yang mencurigakan haha. Pokoknya semenjak kami berprasangka kurang baik terhadap bapak-ibu kost , kami selalu memiliki pikiran-pikiran negatif tentang mereka xD (Astaghfirulloh..).
      Beberapa hari Setelah aku ngekost di kost Siwungu itu,  ibu kost membuka warteg didepan kost-kost-an. Dulunya Ibu hanya jualan Jus, namun begitu aku ngekost disitu, ibu membuka warteg dan beberapa minggu setelahnya mereka jualan mie ayam. Pada awal-awal ngekost, kami anak kost sering masak. Dalam sekali masak kami bisa menghabiskan waktu satu hingga dua jam untuk masak, karena setiap kali kami masak, kami masak dalam porsi yang banyak dan bermacam-macam masakan yang kami masak. Mungkin hal tersebut membuat bapak-ibu kost kurang suka. Karena beberapa hari kemudian, di dapur ada tempelan tulisan yang mengatakan bahwa anak kost dilarang masak besar, bolehnya hanya masak mie instan saja. Lantas hal tersebut membuat anak-anak kost mengeluh. Karena mereka dari awal ngekost boleh memasak dan tiba-tiba dilarang. Ibu-bapak kost tidak pernah menjelaskan kenapa anak kost tidak boleh masak, karena komunikasi antara bapak-ibu kost dengan anak kost jika mereka kurang suka dengan tindakan kita, maka ia menuliskannya di atas kertas. Tidak hanya di dapur, beberapa tulisan lain juga ditempelkan di tempat cuci piring, depan kamar mandi, di tempat jemuran. Yang kesemuanya berisi teguran atas tindakan kita yang kurang tepat menurutnya. Begitulah bapak-ibu kost kami, ia menggunakan kertas untuk berkomunikasi dengan kami, bukannya berkomunikasi secara langsung.
      Lanjut ke pelarangan memasak di dapur ya, jadi kami tidak tahu kenapa kami dilarang memasak. Menurut mbak-mbak kost sih, kami dilarang masak mungkin karena ibu (panggilan untuk ibu kost) sudah buka warteg, jadi kami disuruh beli di wartegnya ibu saja daripada masak, sekalian buat nglarisin wartegnya; namun bagiku dan menurut kami - 3Idiots Sister - ibu-bapak kost melarang kami memasak karena kalau kami sekalinya masak selalu masak besar --> kenapa ceritanya ini jadi panjang yaa... Jadi males nerusinnya deh.. <--   --> oke oke tak terusin <--
      Kalau kami sedang masak besar, akan menghabiskan gas yang banyak pula, makanyabapak melarang kami memasak supaya tidak boros gas. Tapi kalau alasannya itu, kenapa mereka tidak menarik iuran bagi yang menggunakan gas 5000 per bulan seperti tahun-tahun sebelumnya ya... Jadi, dulu tiap bulan anak kost yang menggunakan gas ditarikin 5000. tapi sejak kami ngekost, anak-anak kost tidak ditarikin iuran gas lagi, jadi ya, kesimpulanya memang bapak-ibu kost melarang anak kost memasak karena mereka sudah punya warteg. Sehingga kita disuruh ngelarisin wartegnya, yap, itulah kesimpulannya hehe.
      Pada kedatangan Mbak Nurul-yang akan menjadi asisten ibu kost dalam mengurus kost dan wartegnya- aku mengalami kejadian yang kurang mengenakkan hati, yaitu pada saat aku melihat Mbak Nurul, tiba-tiba piring yang aku pegang jatuh dan pecah, bertambahlah firasat burukku hehe. Akupun menceritakan kejadian itu ke mbak Tikong dan Entong. Tapi ternyata firasat itu tidak terbukti, karena ternyata kami malah akrab dan dekat dengan Mbak Nurul. Mbak Nurul ternyata orangnya kocak (sebenarnya umurku lebih tua daripada mbak Nurul , tetapi karena Mbak Nurul sudah mempunyai pengalaman kerja sejak lulus SMP maka kamipun saling memanggil mbak).

      Setelah beberapa minggu aku ngekost di Siwungu dan terjadi berbagai macam peristiwa yang membuat keberadaanku dikost kurang nyaman, aku berpikiran untuk pindah kost. Aku menceritakan ketidaknyamanan berada di kost itu kepada ibuku juga. Namun, ibuku menyarankan supaya aku selalu bersikap baik dan cuek saja jika ada sesuatu yang mengganjal, dan ibuku menyarankan supaya aku tetap bertahan di kost itu. Di satu sisi aku ingin pindah kost karena kurang suka dengan sikap bapak-ibu kost, tapi di sisi lain aku tidak ingin pindah karena aku sudah akrab dengan teman-teman kost. Hampir 90% aku kenal dekat dengan teman-teman kost. Aku memiliki mbak-mbak kost yang baik-baik, konyol, dan menyenangkan, yang membuat aku tidak ingin meninggalkan kost tersebut. Selain itu, kost di Siwungu juga bersih, kamar mandinya juga bersih karena dibersihkan tiap hari sama Mbak Nurul-asisten ibu kost. Lokasi kost yang sangat strategis dan dekat dengan kampus membuat aku bisa bertahan di kost tersebut.
      Dalam beberapa waktu kedepan akupun siap menguatkan hati, memperbanyak kesabaran dan menambah konsentrasi kecuekanku. Namun, kekuatan hatiku hanya bertahan sampai akhir semester tiga. Dan ada banyak hal yang menguatkan alasanku untuk pindah. Seperti di kostku itu anak kost tidak boleh memasak, sementara aku orangnya suka masak. Di kostku itu juga ada jam malamnya, yaitu jam 10 malam. Padahal aku kalau rapat organisasi seringnya pulang malam, sehingga aku sering izin ke bapak kost untuk pulang malam. Dan ketika aku pulang terlambat sikap bapak kost menjadi kurang enak, mungkin karena tidarnya merasa terganggu ya. Aku tidak enak hati pula jika harus sering-sering merepotkan bapak kost untuk membukakan pintu gerbang ketika aku pulang terlambat. Maka aku bertekad bulat untuk segera pindah kost-an.  Dengan ketekad bulatanku aku mengkomunikasikan ide untuk pindah kost ke teman organisasiku. Aku tidak bilang kepada siapa-siapa kecuali Hafi-teman organisasiku tentang rencana kepindahanku. Bahkan kepada teman 3Idiots Sisterpun tidak. Aku hanya mengancam akan pindah kost dengan tim 3Idiots Sister namun dengan nada bercanda sehingga mereka tidak menganggapnya serius. Teman-teman kost, teman-teman kuliah, bahkan bapak-ibu kost juga tidak aku kasih tahu. Pada akhirnya yang tahu tentang rencana kepindahanku hanyalah hafi dan teman-teman organisasi yang lain yang aku minta tolong untuk membantu membawa barang-barangku. Aku menemukan kost baru berkat hafi, karena temannya ada yang ngekost disitu dan menurutnya nyaman.
      Aku merencanakan kepindahanku pada waktu liburan semester ganjil sudah dimulai, sehingga teman-teman kost sudah pada pulang, dan kepindahanku tidak dilihat oleh siapapun. Tetapi ternyata Entong yang kuliah di jurusan Teknik banyak tugas teknik yang menyebabkan liburannya tertunda beberapa hari. Karena Entong pulangnya masih lama dan aku sudah tidak sabar untuk segera pindah kost supaya bisa cepat pulang, maka aku terpaksa pindah kost ketika Entong masih di kost-an, tetapi aku merencanakan kepindahanku ketika Entong masih di kampus. (sungguh terlalu ya aku ini xD).
      Pada hari H kepindahanku, aku masih takut untuk bilang ke bapak-ibu kost. Dari ujung gang aku menunggu teman-teman yang akan membantu membawa barang-barangku datang, ada empat orang totalnya. Setelah semuanya datang, aku masih ragu untuk pindah, aku masih ketakutan untuk bilang ke bapak-ibu kost.
      Teman-teman yang akan membantuku dalam kepindahan, menguatkanku dan meyakinkanku atas kepindahanku. Karena akupun diam-diam tanpa sepengetahuan Entong juga sudah mempacking barang-barang (jika Entong tanya tentang barang-barangku yang di packing banyak, aku jawabnya mau aku bawa pulang hehe *Entong maapkan xD). 
-->Aku tak sanggup untuk menceritakan kisah ini, karena ceritanya ternyata lebih banyak dari dugaanku huaaa <-- -->tapi kamu harus melanjutkan cerita ini zah, karena cerita ini sama sekali belum menceritakan tentang kesedihanmu atas kepergian teman sekamarmu-kata hatiku yang lain <-- -->okeokeee --.--<--
         Okedeh, aku lanjutin yaa. Jadi setelah aku berhasil mengumpulkan keberanianku, akupun jalan menuju kostku, sementara teman-temanku yang lain, aku minta mereka menunggu diujung gang. Dengan langkah gontai dan tubuh bergetar hebat (*alay) akupun menuju tempat keberadaan bapak-ibu kost. Aku basa-basi dahulu menanyakan keberadaan bapak kost kepada ibu kost kerena bapak tidak ada ditempat, eh ternyata bapak kost ksot sedang pergi (sepertinya Dewi Fortuna sedang berpihak kepadaku-batinku). Setelah bergumam 'emmmmmmmmmmm' lama pun aku mengutarakan tujuanku, "Ibu, saya mau pindah kost." dengan seketika Ibu kost terpanjat kaget. Karena selama ini anak kost kesayangannya (aku maksudnya) tidak menampakkan tanda-tanda ingin pindah kost, dan tidak pernah cerita ingin pindah kost, tiba-tiba bilang mau pindah kost, maka kesadaran ibu kost langsung hilang dalam sepersekian detik. Setelah ibu menanyakan kemana aku akan pindah, dia langsung memarahiku, karena aku pindah tidak bilang-bilang sebelumnya. Menurut ibu kost seharusnya aku bilang jauh-jauh hari kalau ingin pindah kost, karena beberapa hari terakhir banyak yang menanyakan tentang kamar kosong. Jika aku sudah bilang jauh-jauh hari tentang kepindahanku maka bapak dan ibu kost dapat menyarankan untuk menempati kamarku kepada calon penyewa kamar. Ya begitulah, aku mau bilang saja sudah takut duluan gimana kalau aku sudah bilang jauh-jauh hari sebelum hari-H kepindahanku? Pastilah hari-hari terakhirku di kost itu dihantui dengan jantung yang berdebar-debar hehe.
      Setelah bilang ke ibu kost aku langsung mengajak teman-temanku ke kost untuk langsung membawa barang-barangku. Teman-teman cewekku ikut masuk ke kamarku untuk mengambil barang-barang, sementara teman-teman cowok menunggu diluar. Ternyata barang-barangku banyak juga sehingga tidak bisa dibawa dalam sekali angkut. Ketika hendak mengangkut pada angkutan pertama, tiba-tiba hal yang tak terduga terjadi. Duarrr!!! Entong sudah pulang dari kampus. Dengan wajah penuh kebingungan dan pikiran yang diselimuti beragam pertanyaan, Entong memandang kami semua. Sambil tersenyum-senyum dan bersikap biasa aja seolah tidak terjadi apa-apa aku bilang ke Entong kalau aku mau pindah kost-an. Dengan seketika beragam emosi berkecamuk dalam pikirannya (menurutku). Perasaan sedih karena tak sanggup menanggung perpisahan serta perasaan marah karena aku tidak pernah memberitahu sebelumnya. Namun, emosi itu tidak Entong luapkan karena ada banyak orang disitu. Entong hanya dengan nada melas dan terheran menanyakan alasan kepindahanku. Aku lupa waktu itu mengatakan apa atau memang aku tidak mengatakan apa-apa melainkan hanya tersenyum saja? Yang aku ingat waktu itu temanku langsung mengajak Entong untuk ikut membawakan barang-barangku karena personilnya kurang satu orang. Jika ditambah dengan Entong maka jumlahnya menjadi 6 orang sehingga kami bisa berbonceng-boncengan menggunakan tiga sepeda motor. Sekalian supaya Entong tahu kost baruku pikirku. Pada saat hendak mengangkut angkutan terakhir, Entong tidak perlu mengantarkan lagi, karena barangnya lumayan sedikit sehingga kami bisa membawanya semua. Dan pada saat hendak mengangkut barang-barang terakhir tersebut bapak kost sudah pulang, mungkin sudah dihubungi oleh Ibu.  Akupun langsung pamit dengan bapak kost, dan dia mungkin sedih karena sudah tidak ada anak perusuh kost lagi hehe. Ketika aku hendak pergi, aku diantarkan orang-orang kost sampai depan gerbang kost. Ada bapak, ibu, anak-anak ibu kost, Entong, dan juga ada Mbak Nurul. Tiba-tiba suasananya menjadi gloomy. Ketika aku melakukan salaman perpisahan dengan orang-orang tersebut, tiba-tiba saja air mataku menetes. Entong mungkin juga hendak menangis, namun ia menahannya. Sungguh cengeng sekali aku waktu itu.Tapi aku juga tidak tahu kenapa aku bisa menangis. Aku merupakan orang yang jarang bisa menangis di depan umum, bahkan ketika perpisahan SMA pun aku tidak menangis sendiri ketika teman-teman yang lain menangis. Aku menangis entah karena sedih meninggalkan tempat yang telah menampungku selama tiga semester, atau karena takut dengan bapak-ibu kost? aku kurang tahu. Ketika aku naik motor hendak meninggalkan kost tersebut, bapak bilang, "sering-seringlah main kesini mbak." Aku sih bilang, "iya pak," namun, dalam hatiku berkata, 'mungkin aku tidak akan pernah main kesitu lagi karena pastinya aku malu dengan bapak dan ibu kost.' Tetapi dalam kenyataannya, berbulan-bulan setelahnya, aku sering main ke kost lamaku. Ya jelaslah, gengku kan ada disana haha.
          Setelah teman-temanku meninggalkanku di kost baruku, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, aku hanya berdiam diri selama beberapa menit di ruang tamu di depan tv sambil menenteng tas besar untuk siap dibawa pulang. Rupanya Entong langsung melaporkan kepindahanku ke Mbak Tikong, mereka berdua langsung memarahiku, dan melakukan permusuhan seperti anak kecil wkwkwk. Setelah aku pindah kost-an, aku membuat video untuk teman-teman 3Idiots Sister, yang bisa kalian saksikan di Youtube melalui link berikut ini: 3Idiots Sister
       Sehari setelah aku pindah kost, Ney, teman selorong kami  yang kamarnya berseberangan dengan kamarnya Mbak Tikong juga pindah kost-an. Entong bilang, hatinya berasa ditusuk berkali-kali karena ditinggal dua orang dalam dua hari berturut-turut hehe. Dan ternyata guys, orang yang paling bertahan di lorong itu adalah Entong. Jadi dalam satu lorong di kost Siwungu itu ada 7 kamar. Sebelah kanan dari pintu masuk ada tiga kamar yaitu kamarku, kamar Mbak Tikong, dan Entong. Kemudian sebelah kiri ada empat kamar yaitu kamarnya Dea, Ney, Mbak Ann, dan Mbak Ary. Aku sama Ney pindah pada awal libur semester tiga. Kemudian pada awal masuk semester empat, begitu mengetahui Aku sama Ney pindah, Dea juga ikutan pindah. Padahal Dea dan Ney merupakan anak baru di kost itu, mereka pindah ke kost Siwungu sekitar semester dua, tetapi lebih dulu Dea. Rupanya mereka berdua juga kurang betah di kost itu sehingga mereka pindah.
          Mantan kamar kami bertiga kosong lumayan lama. Dan yang terlama adalah mantan kamarku, karena mantan kamarku sebenarnya sudah ada yang nyewa, namun, yang nyewa tidak pernah menempatinya dan penyewanya menghilang. Sungguh penyewa yang misterius hehe.
          Pada saat liburan semester empat, Mbak Tikong dan Mbak Ann wisuda, otomatis mereka meninggalkan kostan. Dan Entong semakin kesepian. Selama semester lima Entong hanya di temani dengan Mbak Ary, yang lainnya merupakan penghuni baru, masih semester-semester awal dan menurut Entong mereka tidak seramai dan sekocak kami para penghuni lama. Penghuni baru lebih sering menghabiskan waktunya di dalam kamar. Hal tersebut menambah kesepian Entong. Menurut Entong suasana kostan sekarang menjadi sunyi senyap. Tidak seperti dulu lagi. Tidak ada yang bercandaan lagi, tidak ada yang tertawa keras lagi, tidak ada yang membunyikan musik keras-keras pada dini hari, tidak ada yang karokean pada malam hari lagi haha. Dan aku sama Mbak Tikong menertawakan kesepian Entong wkwkwk (Ampun En xD). Selama semester lima Entong jika kesepian lari ke kamarnya Mba Ary, tetapi pada liburan semester lima ini Mbak Ary sudah wisuda, sehingga kedepannya Entong bakalan menjadi penghuni lama sendiri (sabar ya En xD).
         Seperti yang sudah aku bilang sebelumnya, aku tidak bilang ke siapapun tentang kepindahanku. Sehingga ketika aku sudah masuk ke semester empat, banyak mbak-mbak kostku yang SMS aku menanyakan tentang kepindahanku dan alasanku pindah serta kenapa pindahnya secara diam-diam hehe. Tetapi meskipun aku sudah pindah kost, aku masih lumayan sering main ke kost lamaku, dan ketika aku main ke kost lamaku aku juga mengunjungi mbak-mbak kost yang di lantai dua sehingga hubungan kami masih tetap baik. Terkadang aku juga nginep di kamarnya Entong. Dan pada malam harinya nonton TV di lantai dua bareng-bareng dengan mbak-mbak kost.
          Pada hari pertama aku kuliah semester empat, teman-teman kuliahku belum ada yang tahu kalau aku pindah kost-an. Pagi hari sebelum berangkat kuliah, Aya, teman sekelasku yang biasanya aku berangkat bareng dia, mengSMS aku menanyakan aku mau berangkat bareng dia atau tidak. Akupun bilang tidak usah dan menyuruh dia berangkat duluan. Begitu juga dengan teman-teman kuliahku yang lain yang ingin ke kostku maka aku menghindari supaya mereka tidak ke kost lamaku, karena mereka belum tahu jika aku pindah kost-an. Pada pagi hari itu ternyata Aya menghampiri kamarku dan akhirnya tahu dari Entong jika aku sudah pindah kost-an. Setelah sampai kampus akhirnya Aya mengkonfirmasi atas kepindahanku, dan setelah mengetahui jika aku pindah kostan maka ia sedikit tidak percaya. Begitu juga dengan teman-teman yang lain. Mereka juga tidak percaya jika aku pindah kostan, karena menurut mereka aku sudah memiliki teman dekat di kost lamaku yang tidak mungkin aku tinggalkan. Teman-teman kuliahku menanyakan bagaimana reaksi Mbak Tikong dan Entong. Akupun menjawab seperti apa adanya hehe.
        Kost baruku itu modelnya sekamar dua orang. Lebih besar dari kamar kost lamaku. Di kost baru, aku memilih kamar nomor 6, sekamar sama Mbak Dian. Mbak Dian kuliahnya satu tahun diatasku, tetapi kami mengambil jurusan yang sama. Berdasarkan teman-temanku yang berkunjung ke kost baruku, Mbak Dian orangnya kurang ramah, bahkan Mbak Tikong yang kuliahnya satu tingkat diatasnya pun takut kalau main ke kostku wkwkwk. Tapi aku sih biasa aja sama Mbak Dian, aku kan orangnya cuek.
           Di kost baruku itu aku dekat sama Nad, kami sering masak bareng. Nad sekamar sama Mbak Tya. Namun Mbak Tya wisuda pada saat awal masuk semester limaku, sehingga Mbak Tya sudah meninggalkan kost sejak liburan semester empatku. Nad mengajakku pindah kamar pada semester lima, supaya aku bisa sekamar dengan Nad di kamar nomor sembilan. Akupun menyetujuinya. Sebelum aku pulang untuk liburan semester empat, aku bilang atas kepindahan kamarku ke mbak Dian secara mendadak (seperti saat kepindahan kostku yang dulu). Aku juga memindahkan barang-barangku ke kamar baruku di bantu dengan Nad. Kehidupanku berada di kamar nomor sembilan berjalan dengan baik. Teman-temanku juga lebih setuju aku di kamar nomor sembilan daripada kamar nomor enam, karena partner sekamarku, Nad, baik orangnya. Tetapi kebersamaanku dengan Nad tidak berlangsung lama. Satu setengah bulan kemudian, sekitar pertengahan bulan Oktober, Nad memutuskan pindah kostan, meninggalkanku. Akhirnya aku sekamar sendirian. Sesungguhnya Nad masih ingin ngekost di tempat itu, namun karena suatu sebab, ia pindah kost-an. Nad juga sering mengajakku untuk pindah di kost barunya. Mungkin karena ia kesepian juga kali ya. Akan tetapi karena aku baru aja pindahan maka aku menolak ajakan Nad.
         Dulu, di kost lamaku jika di kamar sendirian tidak masalah, tetapi di kost baruku ini, jika sendirian menjadi lumayan kesepian, karena yang lain sekamar berdua, walaupun ada juga sih beberapa kamar yang sekamar sendiri. Contohnya saja mbak Dian, sejak aku tidak sekamar dengannya, ia menjadi sekamar sendirian sampai sekarang. Belum lagi salah satu mbak kost baruku menceritakan tentang kisah horor di kost baruku tersebut, karena ia bisa melihat makhluk-makhluk lain. Akupun menjadi sedikit parno berada di kost itu. Padahal di kost lamaku, Mbak Via juga pernah menceritakan kisah horor di kost lama, tetapi aku sama sekali tidak takut, malah aku menjadi sok berani. Di kost lama, saat tengah malam, aku sering  menonton acara TV Masih Dunia Lain sendiri. Padahal lokasi TV di lantai dua menghadap luar dengan tembok yang tingginya hanya setengah bangunan, serta diluar terdapat  beberapa pohon besar seperti kresen, mangga, pepaya, durian, dll, dan ditemani bunyi jangkrik seharusnya membuat suasananya menjadi creepy. Tetapi aku sama sekali tidak takut, bahkan beberapa kali menantang ingin mendaftar acara Masih Dunia Lain. Namun, teman-temanku tidak ada yang setuju. Di kost baruku ini, lokasi TV nya hampir memiliki suasana yang sama dengan kost lama, karena di kost baruku ada taman dengan beberapa pepohonan ditengah-tengah kostan. Tetapi aku menjadi penakut di kost ini. Dan jika aku ditawari untuk ikut acara Masih Dunia Lain, maka aku akan memikirkannya puluhan kali terlebih dahulu, tidak seperti ketika di kost lama, aku yang menjadi pemberani. Di kost baru, Ketika aku sedang mengerjakan tugas, seperti biasa pintu dan jendelaku aku buka, namun ketika anak-anak kost sudah tidak ada yang menonton TV lagi, dan mereka sudah masuk kamar masing-masing maka aku langsung menutup pintu serta jendela rapat-rapat dan ikutan tidur. Namun jika aku dikamar ada temannya, aku tetap membuka pintu sama jendela sih, karena aku merasa aman. Aku sekamar sendiri lumayan lama. Dari bulan oktober sampai bulan Januari aku sekamar sendirian.
          Baru pada tanggal 10 Januari 2016 aku mempunyai teman sekamar, Mbak Nurul namanya. Dia lulusan Unnes dan sudah bekerja. Tempat kerjanya dekat dengan Undip. Dia ngekost di tempat aku ngekost. Aku senang karena memiliki teman sekamar, namun, kebersamaan kami tidak berlangsung lama, karena pada tanggal 16 Januari 2016 aku pulang kerumah untuk liburan semester lima. Jadi kebersamaan kami hanya berlangsung selama seminggu. Aku kira sih aku bakalan sekamar dengan Mbak Nurul dalam waktu yang lama, karena Mbak Nurul kan masih baru ditempat kerjanya. Namun tak disangka-sangka, pada malam hari tanggal 6 Februari 2016, mbak Nurul SMS aku, kalau dia sudah tidak ngekost lagi, dia pulang ke Jepara. Sampai hari ini aku belum tahu alasannya kenapa. Karena nomor Hpku sedang tidak ada pulsanya. Aku sudah SMS Mbak Nurul menggunakan nomor Ibuku tetapi belum di balas. Hiks. Aku lagi sedih saat ini. Tetapi untungnya malam hari setelah aku mendapat SMS perpisahan dari mbak Nurul, aku tidak mimpi tentang perpisahan itu. Justru aku mimpi sesuatu yang menggembirakan. Karena didalam mimpiku aku ketemu dengan dua orang cakep. Salah-satunya umurnya lebih muda dariku. Aku bisa mimpi  itu mungkin karena berhari-hari selama liburan aku nontonnya Shinichi sama Kaito Kid kali yaa... Tontonanku aja orang-orang cakep, pantesan mimpiku ketemu sama orang-orang cakep. Mimpi itu lumayan menghiburku sih atas kesedihan yang sedang kualami. Tetapi begitu aku bangun dari tidur dan ingat akan kepindahan Mbak Nurul, aku jadi sedih lagi huaaaaaaaaaa T.T.


Maafkan ya, aku curhatnya lewat sini, karena aku lagi tidak punya pulsa buat curhat lewat SMS, aku juga lagi tidak punya paketan buat curhat lewat LINE/BBM. Lokasi kita yang berjauhan juga tidak memungkinkanku untuk curhat secara langsung. Jadinya curhatku aku ketik di laptop deh. Dan kalian bisa baca curhatku secara bersamaan disini xD.



0 komentar:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan komentar anda secara bijak