Tulisan ini ditulis sebenarya bermaksud untuk bercerita tentang kesedihanku atas kepergian teman sekamarku, tetapi ternyata ceritanya ngalor-ngidul sampai kemana-mana. Bacalah..
07022016
Ciii.. Mbak
tikong... Entong... Putrii...
Seengaknya kalian
berempat yang ingin aku curhatin. :(
Aku sekarang lagi
sedih nii.. Hiks hiks..
Aku sekarang sekamar
sendirian lagii.. :( Mbak Nurul teman sekamarku, sudah tidak ngekost di tempat
aku ngekost lagii.. :'(.
Jadi ya Ci, kamu
mungkin belum tahu ceritanya, dulu waktu semester 1 sampai semester 3 aku
ngekost di Jl.Siwungu, disana aku sekosan sama Mbak tikong dan Entong. Kami bertiga merupakan anak kost baru di kost
Siwungu ini. Aku dan Entong merupakan mahasiswa baru dan mbak Tikong mahasiswa semester 5. Kost Siwungu merupakan kost ketiganya mbak
Tikong. Karena kamar kami bertiga berjejeran dengan kamar mbak Tikong ada ditengah, kami menjadi akrab. Selanjutnya
kami membuat grup 3Idiots Sister hehe. Di kost Siwungu ini, sekamar sendiri
atau sekamar satu orang, kamarnya sempit . Awalnya aku tidak ada apa-apa dan
bersikap biasa saja dengan bapak dan ibu kost (mereka sebenarnya adiknya yang
punya kost, tapi kami anak kost manggil mereka bapak dan ibu kost, karena
mereka tinggalnya ditempat yang sama dengan kami), aku menganggap mereka
seolah-olah menjadi bapak-ibu ku di Semarang, karena di Semarang jauh dari
orang tua kandung. Aku menganggap mereka sebagai orangtua kedua hehe (aku
terlalu baik kata salah satu mbak kost ). Namun setelah beberapa minggu menjadi
anak kost, mbak-mbak kost yang sudah lama ngekost disitu menceritakan tentang
beberapa sifat bapak dan ibu kost yang kami-anak kost baru-belum tahu. Sifat
bapak dan ibu kost menurut mbak-mbak kost sedikit agak menyebalkan. Salah satu
mbak kost sebut saja mbak Via dan mbak-mbak kost yang lain selalu konflik
dengan bapak dan ibu kost. Entah itu masalah motor, parkiran, teman-teman
kuliah yang main ke kost, masalah dapur, dan lain-lain. Mbak Via cerita kalo
ada teman-teman kuliahnya sedang main ke kamarnya dan lumayan berisik langsung
disindir oleh bapak atau ibu kost. Dan masih banyak cerita lain tentang
bapak-ibu kost yang aku sudah lupa.
Setelah mendapat
bermacam-macam cerita tentang bapak-ibu kost oleh mbak Via dan mbak-mbak kost
yang lain, kami (aku, entong, mbak tikong) dan mungkin terutama aku menjadi
memiliki pandangan yang berbeda terhadap bapak-ibu kost. Aku lantas mencurigai,
bersikap was-was dan sedikit menjauh dari bapak-ibu kost. Karena pikiranku
sudah berpandangan lain tentang bapak-ibu kost maka kejadian-kejadian yang
kurang enak pun terjadi diantara kita (mungkin kalo pikiranku masih netral,
kejadian-kejadian tersebut nggak bakalan terjadi atau kalaupun terjadi ya aku
biasa saja, karena aku orangnya cuek, tetapi sekarang aku menjadi lebih aware
terhadap bapak-ibu kost, aku sudah tidak cuek lagi tentang ini). Sebenarnya
bukan kejadian-kejadian buruk sih, cuman prasangka-prasangka kami saja. Kami menjadi khawatir jika di kamar-kamar
kami dan kamar mandi ada kamera cctv nya hehe, kami khawatir jika Ibu sedang
masak di dapur yang letaknya di samping kamarku persis itu dia sambil menguping
pembicaraannya kami haha, kami juga curiga jika anaknya bapak-ibu kost sering
lewat kamar kita karena ia sedang mengintai kami wkwkwk. Oya, bapak-ibu kost
kami memiliki dua anak, anak pertamanya cowok umurnya sekitar 10 tahun dan anak
kedua cewek umurnya sekitar 20 bulan pada saat itu. Jadi ketika anak cowoknya
lewat kamar-kamar kami, kami menjadi berprasangka jika dia disuruh orang tuanya
untuk mengintai kamar kami, barangkali kami membawa barang-barang yang
mencurigakan haha. Pokoknya semenjak kami berprasangka kurang baik terhadap
bapak-ibu kost , kami selalu memiliki pikiran-pikiran negatif tentang mereka xD
(Astaghfirulloh..).
Beberapa hari
Setelah aku ngekost di kost Siwungu itu,
ibu kost membuka warteg didepan kost-kost-an. Dulunya Ibu hanya jualan
Jus, namun begitu aku ngekost disitu, ibu membuka warteg dan beberapa minggu
setelahnya mereka jualan mie ayam. Pada awal-awal ngekost, kami anak kost
sering masak. Dalam sekali masak kami bisa menghabiskan waktu satu hingga dua
jam untuk masak, karena setiap kali kami masak, kami masak dalam porsi yang
banyak dan bermacam-macam masakan yang kami masak. Mungkin hal tersebut membuat
bapak-ibu kost kurang suka. Karena beberapa hari kemudian, di dapur ada
tempelan tulisan yang mengatakan bahwa anak kost dilarang masak besar, bolehnya
hanya masak mie instan saja. Lantas hal tersebut membuat anak-anak kost
mengeluh. Karena mereka dari awal ngekost boleh memasak dan tiba-tiba dilarang.
Ibu-bapak kost tidak pernah menjelaskan kenapa anak kost tidak boleh masak,
karena komunikasi antara bapak-ibu kost dengan anak kost jika mereka kurang
suka dengan tindakan kita, maka ia menuliskannya di atas kertas. Tidak hanya di
dapur, beberapa tulisan lain juga ditempelkan di tempat cuci piring, depan
kamar mandi, di tempat jemuran. Yang kesemuanya berisi teguran atas tindakan
kita yang kurang tepat menurutnya. Begitulah bapak-ibu kost kami, ia
menggunakan kertas untuk berkomunikasi dengan kami, bukannya berkomunikasi
secara langsung.
Lanjut ke pelarangan
memasak di dapur ya, jadi kami tidak tahu kenapa kami dilarang memasak. Menurut
mbak-mbak kost sih, kami dilarang masak mungkin karena ibu (panggilan untuk ibu
kost) sudah buka warteg, jadi kami disuruh beli di wartegnya ibu saja daripada
masak, sekalian buat nglarisin wartegnya; namun bagiku dan menurut kami -
3Idiots Sister - ibu-bapak kost melarang kami memasak karena kalau kami
sekalinya masak selalu masak besar --> kenapa
ceritanya ini jadi panjang yaa... Jadi males nerusinnya deh.. <-- --> oke oke tak terusin <--
Kalau kami sedang
masak besar, akan menghabiskan gas yang banyak pula, makanyabapak melarang kami
memasak supaya tidak boros gas. Tapi kalau alasannya itu, kenapa mereka tidak
menarik iuran bagi yang menggunakan gas 5000 per bulan seperti tahun-tahun sebelumnya
ya... Jadi, dulu tiap bulan anak kost yang menggunakan gas ditarikin 5000. tapi
sejak kami ngekost, anak-anak kost tidak ditarikin iuran gas lagi, jadi ya,
kesimpulanya memang bapak-ibu kost melarang anak kost memasak karena mereka
sudah punya warteg. Sehingga kita disuruh ngelarisin wartegnya, yap, itulah
kesimpulannya hehe.
Pada kedatangan Mbak
Nurul-yang akan menjadi asisten ibu kost dalam mengurus kost dan wartegnya- aku
mengalami kejadian yang kurang mengenakkan hati, yaitu pada saat aku melihat
Mbak Nurul, tiba-tiba piring yang aku pegang jatuh dan pecah, bertambahlah firasat
burukku hehe. Akupun menceritakan kejadian itu ke mbak Tikong dan Entong. Tapi
ternyata firasat itu tidak terbukti, karena ternyata kami malah akrab dan dekat
dengan Mbak Nurul. Mbak Nurul ternyata orangnya kocak (sebenarnya umurku lebih
tua daripada mbak Nurul , tetapi karena Mbak Nurul sudah mempunyai pengalaman
kerja sejak lulus SMP maka kamipun saling memanggil mbak).
Setelah beberapa
minggu aku ngekost di Siwungu dan terjadi berbagai macam peristiwa yang membuat
keberadaanku dikost kurang nyaman, aku berpikiran untuk pindah kost. Aku
menceritakan ketidaknyamanan berada di kost itu kepada ibuku juga. Namun, ibuku
menyarankan supaya aku selalu bersikap baik dan cuek saja jika ada sesuatu yang
mengganjal, dan ibuku menyarankan supaya aku tetap bertahan di kost itu. Di
satu sisi aku ingin pindah kost karena kurang suka dengan sikap bapak-ibu kost,
tapi di sisi lain aku tidak ingin pindah karena aku sudah akrab dengan
teman-teman kost. Hampir 90% aku kenal dekat dengan teman-teman kost. Aku
memiliki mbak-mbak kost yang baik-baik, konyol, dan menyenangkan, yang membuat
aku tidak ingin meninggalkan kost tersebut. Selain itu, kost di Siwungu juga
bersih, kamar mandinya juga bersih karena dibersihkan tiap hari sama Mbak
Nurul-asisten ibu kost. Lokasi kost yang sangat strategis dan dekat dengan
kampus membuat aku bisa bertahan di kost tersebut.
Dalam beberapa waktu
kedepan akupun siap menguatkan hati, memperbanyak kesabaran dan menambah
konsentrasi kecuekanku. Namun, kekuatan hatiku hanya bertahan sampai akhir
semester tiga. Dan ada banyak hal yang menguatkan alasanku untuk pindah.
Seperti di kostku itu anak kost tidak boleh memasak, sementara aku orangnya
suka masak. Di kostku itu juga ada jam malamnya, yaitu jam 10 malam. Padahal
aku kalau rapat organisasi seringnya pulang malam, sehingga aku sering izin ke
bapak kost untuk pulang malam. Dan ketika aku pulang terlambat sikap bapak kost
menjadi kurang enak, mungkin karena tidarnya merasa terganggu ya. Aku tidak
enak hati pula jika harus sering-sering merepotkan bapak kost untuk membukakan
pintu gerbang ketika aku pulang terlambat. Maka aku bertekad bulat untuk segera
pindah kost-an. Dengan ketekad bulatanku
aku mengkomunikasikan ide untuk pindah kost ke teman organisasiku. Aku tidak
bilang kepada siapa-siapa kecuali Hafi-teman organisasiku tentang rencana
kepindahanku. Bahkan kepada teman 3Idiots Sisterpun tidak. Aku hanya mengancam
akan pindah kost dengan tim 3Idiots Sister namun dengan nada bercanda sehingga
mereka tidak menganggapnya serius. Teman-teman kost, teman-teman kuliah, bahkan
bapak-ibu kost juga tidak aku kasih tahu. Pada akhirnya yang tahu tentang
rencana kepindahanku hanyalah hafi dan teman-teman organisasi yang lain yang
aku minta tolong untuk membantu membawa barang-barangku. Aku menemukan kost
baru berkat hafi, karena temannya ada yang ngekost disitu dan menurutnya
nyaman.
Aku merencanakan
kepindahanku pada waktu liburan semester ganjil sudah dimulai, sehingga
teman-teman kost sudah pada pulang, dan kepindahanku tidak dilihat oleh
siapapun. Tetapi ternyata Entong yang kuliah di jurusan Teknik banyak tugas
teknik yang menyebabkan liburannya tertunda beberapa hari. Karena Entong
pulangnya masih lama dan aku sudah tidak sabar untuk segera pindah kost supaya
bisa cepat pulang, maka aku terpaksa pindah kost ketika Entong masih di
kost-an, tetapi aku merencanakan kepindahanku ketika Entong masih di kampus.
(sungguh terlalu ya aku ini xD).
Pada hari H
kepindahanku, aku masih takut untuk bilang ke bapak-ibu kost. Dari ujung gang
aku menunggu teman-teman yang akan membantu membawa barang-barangku datang, ada
empat orang totalnya. Setelah semuanya datang, aku masih ragu untuk pindah, aku
masih ketakutan untuk bilang ke bapak-ibu kost.
Teman-teman yang
akan membantuku dalam kepindahan, menguatkanku dan meyakinkanku atas
kepindahanku. Karena akupun diam-diam tanpa sepengetahuan Entong juga sudah
mempacking barang-barang (jika Entong tanya tentang barang-barangku yang di
packing banyak, aku jawabnya mau aku bawa pulang hehe *Entong maapkan xD).
-->Aku
tak sanggup untuk menceritakan kisah ini, karena ceritanya ternyata lebih
banyak dari dugaanku huaaa <-- -->tapi kamu harus melanjutkan cerita ini
zah, karena cerita ini sama sekali belum menceritakan tentang kesedihanmu atas
kepergian teman sekamarmu-kata hatiku yang lain <-- -->okeokeee
--.--<--
Okedeh, aku lanjutin
yaa. Jadi setelah aku berhasil mengumpulkan keberanianku, akupun jalan menuju
kostku, sementara teman-temanku yang lain, aku minta mereka menunggu diujung
gang. Dengan langkah gontai dan tubuh bergetar hebat (*alay) akupun menuju tempat
keberadaan bapak-ibu kost. Aku basa-basi dahulu menanyakan keberadaan bapak
kost kepada ibu kost kerena bapak tidak ada ditempat, eh ternyata bapak kost
ksot sedang pergi (sepertinya Dewi Fortuna sedang berpihak kepadaku-batinku).
Setelah bergumam 'emmmmmmmmmmm' lama pun aku mengutarakan tujuanku, "Ibu,
saya mau pindah kost." dengan seketika Ibu kost terpanjat kaget. Karena
selama ini anak kost kesayangannya (aku maksudnya) tidak menampakkan
tanda-tanda ingin pindah kost, dan tidak pernah cerita ingin pindah kost,
tiba-tiba bilang mau pindah kost, maka kesadaran ibu kost langsung hilang dalam
sepersekian detik. Setelah ibu menanyakan kemana aku akan pindah, dia langsung
memarahiku, karena aku pindah tidak bilang-bilang sebelumnya. Menurut ibu kost
seharusnya aku bilang jauh-jauh hari kalau ingin pindah kost, karena beberapa
hari terakhir banyak yang menanyakan tentang kamar kosong. Jika aku sudah
bilang jauh-jauh hari tentang kepindahanku maka bapak dan ibu kost dapat
menyarankan untuk menempati kamarku kepada calon penyewa kamar. Ya begitulah,
aku mau bilang saja sudah takut duluan gimana kalau aku sudah bilang jauh-jauh
hari sebelum hari-H kepindahanku? Pastilah hari-hari terakhirku di kost itu
dihantui dengan jantung yang berdebar-debar hehe.
Setelah bilang ke
ibu kost aku langsung mengajak teman-temanku ke kost untuk langsung membawa
barang-barangku. Teman-teman cewekku ikut masuk ke kamarku untuk mengambil
barang-barang, sementara teman-teman cowok menunggu diluar. Ternyata
barang-barangku banyak juga sehingga tidak bisa dibawa dalam sekali angkut.
Ketika hendak mengangkut pada angkutan pertama, tiba-tiba hal yang tak terduga
terjadi. Duarrr!!! Entong sudah pulang dari kampus. Dengan wajah penuh
kebingungan dan pikiran yang diselimuti beragam pertanyaan, Entong memandang
kami semua. Sambil tersenyum-senyum dan bersikap biasa aja seolah tidak terjadi
apa-apa aku bilang ke Entong kalau aku mau pindah kost-an. Dengan seketika
beragam emosi berkecamuk dalam pikirannya (menurutku). Perasaan sedih karena
tak sanggup menanggung perpisahan serta perasaan marah karena aku tidak pernah
memberitahu sebelumnya. Namun, emosi itu tidak Entong luapkan karena ada banyak
orang disitu. Entong hanya dengan nada melas dan terheran menanyakan alasan
kepindahanku. Aku lupa waktu itu mengatakan apa atau memang aku tidak
mengatakan apa-apa melainkan hanya tersenyum saja? Yang aku ingat waktu itu
temanku langsung mengajak Entong untuk ikut membawakan barang-barangku karena
personilnya kurang satu orang. Jika ditambah dengan Entong maka jumlahnya
menjadi 6 orang sehingga kami bisa berbonceng-boncengan menggunakan tiga sepeda
motor. Sekalian supaya Entong tahu kost baruku pikirku. Pada saat hendak
mengangkut angkutan terakhir, Entong tidak perlu mengantarkan lagi, karena
barangnya lumayan sedikit sehingga kami bisa membawanya semua. Dan pada saat
hendak mengangkut barang-barang terakhir tersebut bapak kost sudah pulang,
mungkin sudah dihubungi oleh Ibu. Akupun
langsung pamit dengan bapak kost, dan dia mungkin sedih karena sudah tidak ada
anak perusuh kost lagi hehe. Ketika aku hendak pergi, aku diantarkan
orang-orang kost sampai depan gerbang kost. Ada bapak, ibu, anak-anak ibu kost,
Entong, dan juga ada Mbak Nurul. Tiba-tiba suasananya menjadi gloomy. Ketika aku melakukan salaman
perpisahan dengan orang-orang tersebut, tiba-tiba saja air mataku menetes.
Entong mungkin juga hendak menangis, namun ia menahannya. Sungguh cengeng
sekali aku waktu itu.Tapi aku juga tidak tahu kenapa aku bisa menangis. Aku
merupakan orang yang jarang bisa menangis di depan umum, bahkan ketika
perpisahan SMA pun aku tidak menangis sendiri ketika teman-teman yang lain
menangis. Aku menangis entah karena sedih meninggalkan tempat yang telah
menampungku selama tiga semester, atau karena takut dengan bapak-ibu kost? aku
kurang tahu. Ketika aku naik motor hendak meninggalkan kost tersebut, bapak
bilang, "sering-seringlah main kesini mbak." Aku sih bilang,
"iya pak," namun, dalam hatiku berkata, 'mungkin aku tidak akan
pernah main kesitu lagi karena pastinya aku malu dengan bapak dan ibu kost.'
Tetapi dalam kenyataannya, berbulan-bulan setelahnya, aku sering main ke kost
lamaku. Ya jelaslah, gengku kan ada disana haha.
Setelah
teman-temanku meninggalkanku di kost baruku, aku tidak tahu apa yang harus aku
lakukan, aku hanya berdiam diri selama beberapa menit di ruang tamu di depan tv
sambil menenteng tas besar untuk siap dibawa pulang. Rupanya Entong langsung
melaporkan kepindahanku ke Mbak Tikong, mereka berdua langsung memarahiku, dan
melakukan permusuhan seperti anak kecil wkwkwk. Setelah aku pindah kost-an, aku
membuat video untuk teman-teman 3Idiots Sister, yang bisa kalian saksikan di Youtube melalui link berikut ini: 3Idiots Sister
Sehari setelah aku
pindah kost, Ney, teman selorong kami
yang kamarnya berseberangan dengan kamarnya Mbak Tikong juga pindah
kost-an. Entong bilang, hatinya berasa ditusuk berkali-kali karena ditinggal
dua orang dalam dua hari berturut-turut hehe. Dan ternyata guys, orang yang
paling bertahan di lorong itu adalah Entong. Jadi dalam satu lorong di kost
Siwungu itu ada 7 kamar. Sebelah kanan dari pintu masuk ada tiga kamar yaitu
kamarku, kamar Mbak Tikong, dan Entong. Kemudian sebelah kiri ada empat kamar
yaitu kamarnya Dea, Ney, Mbak Ann, dan Mbak Ary. Aku sama Ney pindah pada awal
libur semester tiga. Kemudian pada awal masuk semester empat, begitu mengetahui
Aku sama Ney pindah, Dea juga ikutan pindah. Padahal Dea dan Ney merupakan anak
baru di kost itu, mereka pindah ke kost Siwungu sekitar semester dua, tetapi
lebih dulu Dea. Rupanya mereka berdua juga kurang betah di kost itu sehingga
mereka pindah.
Mantan kamar kami
bertiga kosong lumayan lama. Dan yang terlama adalah mantan kamarku, karena
mantan kamarku sebenarnya sudah ada yang nyewa, namun, yang nyewa tidak pernah
menempatinya dan penyewanya menghilang. Sungguh penyewa yang misterius hehe.
Pada saat liburan
semester empat, Mbak Tikong dan Mbak Ann wisuda, otomatis mereka meninggalkan
kostan. Dan Entong semakin kesepian. Selama semester lima Entong hanya di
temani dengan Mbak Ary, yang lainnya merupakan penghuni baru, masih
semester-semester awal dan menurut Entong mereka tidak seramai dan sekocak kami
para penghuni lama. Penghuni baru lebih sering menghabiskan waktunya di dalam
kamar. Hal tersebut menambah kesepian Entong. Menurut Entong suasana kostan
sekarang menjadi sunyi senyap. Tidak seperti dulu lagi. Tidak ada yang
bercandaan lagi, tidak ada yang tertawa keras lagi, tidak ada yang membunyikan
musik keras-keras pada dini hari, tidak ada yang karokean pada malam hari lagi
haha. Dan aku sama Mbak Tikong menertawakan kesepian Entong wkwkwk (Ampun En
xD). Selama semester lima Entong jika kesepian lari ke kamarnya Mba Ary, tetapi
pada liburan semester lima ini Mbak Ary sudah wisuda, sehingga kedepannya
Entong bakalan menjadi penghuni lama sendiri (sabar ya En xD).
Seperti yang sudah
aku bilang sebelumnya, aku tidak bilang ke siapapun tentang kepindahanku.
Sehingga ketika aku sudah masuk ke semester empat, banyak mbak-mbak kostku yang
SMS aku menanyakan tentang kepindahanku dan alasanku pindah serta kenapa
pindahnya secara diam-diam hehe. Tetapi meskipun aku sudah pindah kost, aku
masih lumayan sering main ke kost lamaku, dan ketika aku main ke kost lamaku
aku juga mengunjungi mbak-mbak kost yang di lantai dua sehingga hubungan kami
masih tetap baik. Terkadang aku juga nginep di kamarnya Entong. Dan pada malam
harinya nonton TV di lantai dua bareng-bareng dengan mbak-mbak kost.
Pada hari pertama
aku kuliah semester empat, teman-teman kuliahku belum ada yang tahu kalau aku
pindah kost-an. Pagi hari sebelum berangkat kuliah, Aya, teman sekelasku yang
biasanya aku berangkat bareng dia, mengSMS aku menanyakan aku mau berangkat
bareng dia atau tidak. Akupun bilang tidak usah dan menyuruh dia berangkat
duluan. Begitu juga dengan teman-teman kuliahku yang lain yang ingin ke kostku
maka aku menghindari supaya mereka tidak ke kost lamaku, karena mereka belum
tahu jika aku pindah kost-an. Pada pagi hari itu ternyata Aya menghampiri
kamarku dan akhirnya tahu dari Entong jika aku sudah pindah kost-an. Setelah
sampai kampus akhirnya Aya mengkonfirmasi atas kepindahanku, dan setelah
mengetahui jika aku pindah kostan maka ia sedikit tidak percaya. Begitu juga
dengan teman-teman yang lain. Mereka juga tidak percaya jika aku pindah kostan,
karena menurut mereka aku sudah memiliki teman dekat di kost lamaku yang tidak
mungkin aku tinggalkan. Teman-teman kuliahku menanyakan bagaimana reaksi Mbak
Tikong dan Entong. Akupun menjawab seperti apa adanya hehe.
Kost baruku itu
modelnya sekamar dua orang. Lebih besar dari kamar kost lamaku. Di kost baru,
aku memilih kamar nomor 6, sekamar sama Mbak Dian. Mbak Dian kuliahnya satu
tahun diatasku, tetapi kami mengambil jurusan yang sama. Berdasarkan
teman-temanku yang berkunjung ke kost baruku, Mbak Dian orangnya kurang ramah,
bahkan Mbak Tikong yang kuliahnya satu tingkat diatasnya pun takut kalau main
ke kostku wkwkwk. Tapi aku sih biasa aja sama Mbak Dian, aku kan orangnya cuek.
Di kost baruku itu
aku dekat sama Nad, kami sering masak bareng. Nad sekamar sama Mbak Tya. Namun
Mbak Tya wisuda pada saat awal masuk semester limaku, sehingga Mbak Tya sudah
meninggalkan kost sejak liburan semester empatku. Nad mengajakku pindah kamar pada
semester lima, supaya aku bisa sekamar dengan Nad di kamar nomor sembilan.
Akupun menyetujuinya. Sebelum aku pulang untuk liburan semester empat, aku
bilang atas kepindahan kamarku ke mbak Dian secara mendadak (seperti saat
kepindahan kostku yang dulu). Aku juga memindahkan barang-barangku ke kamar
baruku di bantu dengan Nad. Kehidupanku berada di kamar nomor sembilan berjalan
dengan baik. Teman-temanku juga lebih setuju aku di kamar nomor sembilan
daripada kamar nomor enam, karena partner sekamarku, Nad, baik orangnya. Tetapi
kebersamaanku dengan Nad tidak berlangsung lama. Satu setengah bulan kemudian,
sekitar pertengahan bulan Oktober, Nad memutuskan pindah kostan,
meninggalkanku. Akhirnya aku sekamar sendirian. Sesungguhnya Nad masih ingin
ngekost di tempat itu, namun karena suatu sebab, ia pindah kost-an. Nad juga
sering mengajakku untuk pindah di kost barunya. Mungkin karena ia kesepian juga
kali ya. Akan tetapi karena aku baru aja pindahan maka aku menolak ajakan Nad.
Dulu, di kost lamaku
jika di kamar sendirian tidak masalah, tetapi di kost baruku ini, jika
sendirian menjadi lumayan kesepian, karena yang lain sekamar berdua, walaupun
ada juga sih beberapa kamar yang sekamar sendiri. Contohnya saja mbak Dian,
sejak aku tidak sekamar dengannya, ia menjadi sekamar sendirian sampai
sekarang. Belum lagi salah satu mbak kost baruku menceritakan tentang kisah
horor di kost baruku tersebut, karena ia bisa melihat makhluk-makhluk lain.
Akupun menjadi sedikit parno berada di kost itu. Padahal di kost lamaku, Mbak
Via juga pernah menceritakan kisah horor di kost lama, tetapi aku sama sekali
tidak takut, malah aku menjadi sok berani. Di kost lama, saat tengah malam, aku
sering menonton acara TV Masih Dunia Lain sendiri. Padahal lokasi TV di
lantai dua menghadap luar dengan tembok yang tingginya hanya setengah bangunan,
serta diluar terdapat beberapa pohon
besar seperti kresen, mangga, pepaya, durian, dll, dan ditemani bunyi jangkrik
seharusnya membuat suasananya menjadi creepy.
Tetapi aku sama sekali tidak takut, bahkan beberapa kali menantang ingin
mendaftar acara Masih Dunia Lain. Namun,
teman-temanku tidak ada yang setuju. Di kost baruku ini, lokasi TV nya hampir
memiliki suasana yang sama dengan kost lama, karena di kost baruku ada taman
dengan beberapa pepohonan ditengah-tengah kostan. Tetapi aku menjadi penakut di
kost ini. Dan jika aku ditawari untuk ikut acara Masih
Dunia Lain, maka aku akan memikirkannya puluhan kali terlebih dahulu,
tidak seperti ketika di kost lama, aku yang menjadi pemberani. Di kost baru,
Ketika aku sedang mengerjakan tugas, seperti biasa pintu dan jendelaku aku
buka, namun ketika anak-anak kost sudah tidak ada yang menonton TV lagi, dan
mereka sudah masuk kamar masing-masing maka aku langsung menutup pintu serta
jendela rapat-rapat dan ikutan tidur. Namun jika aku dikamar ada temannya, aku
tetap membuka pintu sama jendela sih, karena aku merasa aman. Aku sekamar
sendiri lumayan lama. Dari bulan oktober sampai bulan Januari aku sekamar
sendirian.
Baru pada tanggal 10
Januari 2016 aku mempunyai teman sekamar, Mbak Nurul namanya. Dia lulusan Unnes
dan sudah bekerja. Tempat kerjanya dekat dengan Undip. Dia ngekost di tempat
aku ngekost. Aku senang karena memiliki teman sekamar, namun, kebersamaan kami
tidak berlangsung lama, karena pada tanggal 16 Januari 2016 aku pulang kerumah
untuk liburan semester lima. Jadi kebersamaan kami hanya berlangsung selama
seminggu. Aku kira sih aku bakalan sekamar dengan Mbak Nurul dalam waktu yang
lama, karena Mbak Nurul kan masih baru ditempat kerjanya. Namun tak
disangka-sangka, pada malam hari tanggal 6 Februari 2016, mbak Nurul SMS aku,
kalau dia sudah tidak ngekost lagi, dia pulang ke Jepara. Sampai hari ini aku
belum tahu alasannya kenapa. Karena nomor Hpku sedang tidak ada pulsanya. Aku
sudah SMS Mbak Nurul menggunakan nomor Ibuku tetapi belum di balas. Hiks. Aku
lagi sedih saat ini. Tetapi untungnya malam hari setelah aku mendapat SMS
perpisahan dari mbak Nurul, aku tidak mimpi tentang perpisahan itu. Justru aku
mimpi sesuatu yang menggembirakan. Karena didalam mimpiku aku ketemu dengan dua
orang cakep. Salah-satunya umurnya lebih muda dariku. Aku bisa mimpi itu mungkin karena berhari-hari selama
liburan aku nontonnya Shinichi sama Kaito Kid kali yaa... Tontonanku aja
orang-orang cakep, pantesan mimpiku ketemu sama orang-orang cakep. Mimpi itu
lumayan menghiburku sih atas kesedihan yang sedang kualami. Tetapi begitu aku
bangun dari tidur dan ingat akan kepindahan Mbak Nurul, aku jadi sedih lagi
huaaaaaaaaaa T.T.
Maafkan ya, aku
curhatnya lewat sini, karena aku lagi tidak punya pulsa buat curhat lewat SMS,
aku juga lagi tidak punya paketan buat curhat lewat LINE/BBM. Lokasi kita yang
berjauhan juga tidak memungkinkanku untuk curhat secara langsung. Jadinya
curhatku aku ketik di laptop deh. Dan kalian bisa baca curhatku secara
bersamaan disini xD.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan komentar anda secara bijak